Pertama, menutup mata akan struktur intelejensia dan elemen sosial dinamika yang terkandung dalam cinta dan romansa. Setiap kali berbicara tentang cinta, umumnya manusia selalu menyelaraskannya dengan sejumlah konsep idealisme yang kompleks seperti Jodoh Di Tangan Tuhan, Cinta Sejati, Saling Melengkapi, Cinta Itu Mengalahkan Segalanya, Cinta Indah Pada Waktunya, Cinta Tidak Harus Memiliki, dsb. Akibatnya kita tidak dapat mengamati proses bercinta dari konteks yang realistis: yakni sebuah interaksi sosial belaka.
Sebagaimana interaksi sosial lainnya yang dilakukan sehari-hari -seperti berdagang, belajar, bekerja, berolahraga- ada sejumlah pola dinamika tertentu yang wajib diikuti bila seseorang ingin menemui kesuksesan dalam kehidupan cintanya. Pola dinamika tersebut jarang sekali disentuh, atau bahkan diakui, karena beresiko merendahkan pandangan orang dan konsep tentang cinta. Pola dinamika yang sebenarnya bisa dibedah, dipelajari, dan disusun-ulang dalam bentuk langkah-langkah yang praktis.
Pada dasarnya, proses percintaan selalu erat dengan berbagai permainan dan ‘manipulasi’ sosial yang sampai saat ini masih terasa asing karena jarang dibicarakan secara terbuka. Jika seseorang menutup mata akan hal-hal tersebut, menolak memainkannya, atau tidak melatih diri sebaik mungkin untuk memenuhi syarat permainan, maka sesuai dengan hukum Survival of The Fittest oleh Charles Darwin, ia akan tersisih dari potensi romansa yang seharusnya dia dapatkan.
Semakin kita melihat hubungan romansa sebagai sesuatu yang bersifat ilahi, ajaib, mistis, supranatural, semakin pria-wanita akan tersandung, atau minimal mengalami kesulitan, dalam memuaskan kebutuhannya akan percintaan. Cinta sudah menjadi tren linguistik yang terlalu bersifat mitos, ikonik dan berlebih-lebihan di luar proporsi sehingga, sekalipun saat ini perkembangan ilmu dan teknologi jaman modern sudah sangat melajut pesat, pemahaman manusia tentang hal tersebut tidak lebih jauh daripada apa yang sudah diketahui oleh para manusia abad renaisans dahulu.
Kita memerlukan penelitian yang komprehensif tentang apa yang dinamakan Cinta, tentang bagaimana rasa ketertarikan muncul, bagaimana cara meningkatkannya, tentang proses bio-kimiawi yang terjadi, tentang unsur-unsur lain yang semakin mengikat atau semakin melemahkannya. Buku panduan yang tidak lagi berisi tentang metafor melankolis ataupun kisah-kisah pembangkit semangat, melainkan tentang hal-hal spesifik yang perlu dilakukan, dihindari, dan dimodifikasi dalam permainan cinta. Dengan kata lain, Cinta adalah sebuah sistem dan saat ini kita, manusia modern, berada pada era yang sudah sangat memerlukan buku panduannya.
Kedua, mempercayai penggambaran hubungan cinta yang diinformasikan oleh media budaya populer seperti buku, film dan lagu. Hampir segala sesuatu yang kita ketahui tentang cinta berakar dari apa yang kita baca, dengar, dan lihat dari berbagai jenis media massa yang beredar di sekeliling kita. Namun sedikit sekali konsumen yang memiliki cukup kesadaran, wawasan, dan pengalaman untuk bisa membedakan antara realita-dan-ilusi, kenyataan-dan-impian, fakta-dan-bumbu dalam setiap konten yang ditayangkan oleh para media tersebut.
Seorang ahli teori komunikasi berkebangsaan Kanada, Marshall McLuhan, menyebutkan bahwa “All media exist to invest our lives with artificial perceptions and arbitrary values.“ Contoh persepsi artifisial yang seringkali tertancap dalam pikiran kita adalah bahwa “cinta membutuhkan pengorbanan” yang mendorong pria-wanita berpikir bahwa rasa sakit yang kita alami berarti kita sedang jatuh cinta. Atau begitu banyaknya informasi yang menyatakan bahwa seorang wanita diwajibkan bersikap pasif dan menunggu pernyataan minat seorang pria. Atau tentang pria yang wajib berenang dari satu pulau ke pulau lainnya, membayar sesuatu, bersusah payah melakukan sesuatu demi melunakkan hati sang wanita idamannya.
Digambarkan bahwa pria dan wanita yang bersikap mengikuti informasi seperti itu akan berakhir dengan kisah cinta yang memuaskan. Tentu ide yang disampaikan dalam informasi-informasi tersebut sangat nyaman, indah dan enak didengar. Dalam kisah buku, film dan lagu tersebut, sang pria atau wanita yang menderita biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Sayangnya, realita lebih sering berkata sebaliknya.
Tidak terhitung berapa banyak hubungan pria-wanita yang harus terhempas kandas hanya karena mereka mengikuti persis gaya-gaya romansa dari tayangan televisi dan industri perfilman Hollywood. Mereka dibuai untuk lupa berpikir dan terbiasa menduplikasi ide-ide indah yang disenandungkan dalam lirik lagu-lagu racun romantis. Mereka lupa bahwa tidak peduli seberapa sering buku atau film itu menyandang kalimat based on true story, ia tetap sebuah produk bisnis dunia hiburan yang wajib menuruti prinsip emas, “berikan orang apa yang mereka ingin dengar dan lihat.”
Apa yang kita saksikan tentang Cinta dan Romansa dalam media hanyalah replika buih-buih mimpi tentang apa yang seharusnya terjadi dan apa yang kita harapkan terjadi , bukan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Mengutip ucapan Mark Twain, “In the real world, the right thing never happens in the right place and the right time. It is the job of media, scriptwriters, journalists and historians to make it appear that it has.”
Salam revolusi cinta,
Lex dePraxis
Love & Relationship Coach
gw lagi jatuh cinta nih… kayaknya bagi gw malah gak sulit deh. yang sulit adalah biar tetep cinta-nya itu… susah banget.
tararengkyu udah berkunjung ke blog gw… http://diazhandsome.wordpress.com
cinta itu ga pernah mati selama kita masih bernafas. bahkan cinta ada sejak kita belum mampu melafazkannya
hahaha rame euy!!!
@apis
gue juga suka intelektualitasnya mbak tika!
ayo pis…ramein lagi atuh lah! dunia ini kan bebas…
orang mau ngomen apa aja juga bebas, ada yang bilang rese atau apalah….
yaa, kan namanya juga bebas..
cinta itu bebas,
mau mencintai siapapun yaa bebas…trus orang yang kita cintai tidak mencintai sebaliknya, kaaan bebaaas…??
bebas euy!
Bahasan dengan keyword cinta seringkali mendulang banyak komen dan pertanyaan. Buat saya kadang ini seperti mencari jawaban mana duluan telur atau ayam 😀 ….
halah….. pada ngributin hal yang sepele…
cinta aja diributin…
ayo cari uang aja… ntar pada datang sendiri..
@the new tika
bener tuch, mang susah banget ksh koment disini, banyak yang sensi, maklum byk yg dateng bulan kaleeee….
yg dapet partner baru, selamet dech moga2 langgeng.
@redZ
gw m tika bukan orang yang sama = capee dech
hmmm temanya bagus juga, gw termasuk orang yg sulit jatuh cinta. tapi kayaknya gw jatuh cinta ma intelektual mbak tika(wew)
Saya lagi susah jatuh cinta nih setelah di tinggal pacar meninggal 🙁
Cinta sebenarnya hanya perasaan tertarik saja, secara khusus kepada lawan jenis. Semua orang dengan mudahnya tertarik dengan lawan jenis alias mudah jatuh cinta.
Yang jadi masalah bukan “mengapa sulit jatuh cinta?” tapi “mengapa sulit mendapatkan cinta itu?”
Orang2 lossy tiap hari hatinya selalu meraung-raung sedih..
“Aku jatuh sama si Dia, tapi mengapa aku sulit mendapatkannya… Bagaimana caranya…..”
hahaha keren-keren…
padahal terusin aja debat cintanya sampe pusing…
kenapa sulit jatuh cinta?
kalo menurut gue, karena terlalu banyak manusia yang memberi lable “mahal” pada cinta. sementara kapasitas dirinya tidak memenuhi standar yang ia sendiri berikan pada cinta itu.
gue setuju sama kis uriel
kenapa tidak buat cinta = sendal jepit saja coba..
atau apalaahh…. cinta = kopi hitam manis
atau cinta = wastafel
cinta….cinta….
dasar kamu jus jambu!
simple
artikelnya keren……
nimbrung cinta itu keputusan kita untuk memilih…..
@Kis:
Waaa~..
Kapan aLbum na kuar?
heheheheh~
@Tika:
oh weLL.. gw nyerah kLo soaL gosip..
hahaha.. kapan2 ngobroL Lage~
caww.. =3
RedZz,
*nda pinter2 bgt tp jg nda seneng dianggep berotak ecek2*
over n out~
sULIT jatu cintany…rasanya mudah namun jika cinta tu tak terbalaskan menyakitkan…hmmmm
Semua yg berpendapat disini bener kok, jd jgn saLing menghakimi dong.. KLo ngomong ttg cinta mah, gw biLang Cinta=Sepatu ato Cinta=Layar Komputer jg bener..
Tapi gw terkesan sama paragraf pertama di artikeL ini, pas Lex nyebuttin satu persatu jargon2 yg ada di konsep romansa kita. Itu semua adaLah frase2/ kaLimat2 yg hampir ada di semua Lirik Lagu anak Bangsa, dan hampir seLaLu terucap disaat seseorang kaLah, hancur daLam romansa..
Guys, yuk kita sama2 coba meLihat Cinta dengan sudut pandang yang…..yah berbeda-beda, tapi Lebih dewasa ^^
Ahahahahaha!! Nice thread! Terjadi PoLemik yg bner2 menghibur disini..
Ada yg Logis, ada yg anti-tesis, ada yg menambahkan, ada yg pengen diatas semuanya, ada yg sekedar pgn disangka inteLek, ada yg konvensionaL, ada yg merasa enLightened, dll. Dibandingin nguLik ‘What Love is’ yg notabene dibikin TriLogi noveL pun masih to be continued, mendingan nguLik Latar beLakang psikoLogis orang2 yg Lg berpendapat disini.. Trust me, it’s funny and absurdLy compLex ^^
@tika
inilah sumber dari kesalahpahaman terhadap mbak tika ( saya kutip pembicaraannya):
“Topik nya kan “mengapa sulit jatuh cinta†dan si penulis rupanya gak tau kalau sudah ada penelitian tentang hal itu. Ini satu lagi artikel dari majalah Time tahun lalu, judulnya pun dah jelas “The Science of Romance: Why We Loveâ€: “
cup2 mbak tika gw paham kok . pengumuman mbak tika cuman ngasih tambahan buat artikel lex bukan kritik kok .
@ all @new_tika
maksud mbak tika tuh mengapa orang bisa jatuh cinta disebabkan oleh hormon
maksud lex mengapa sulit jatuh cinta itu adalah seorang pria yang sedang mengalami hormon cinta pada seorang cewek namun selalu saja gagal dalam urusan cinta , selalu ditolak dan gagal karena si pria berpikir bahwa jodoh itu ditangan TUHAN, jodoh itu nasib , cinta tidak harus memiliki sehingga akhirnya si pria hatinya kosong ,
tika talk about love in biological science and lex talk about social science akhirnya ga nyambung dech, capek dech hehe
@makanya mbak nulis artikelnya yang simple dan mudah dimengerti jadi tidak terjadi kesalahpahaman peace,peace
nice artikel mas…
mengapa sulit jatuh cinta???
and who’is the love profesor??
What the hell r u guys talking about?! remember the concept of KISS*!!!!
*Keep It Simple Stupid!!!!!!!!
AaarRGgghH … cape juga lama-lama berinteraksi ama orang-orang tulalit: Qta kasih pendapat yang netral dibilang mengkritik, qta mengkritik dibilang menghujat, qta menghujat dibilang apa ya? berdoa?
Kapan ya teman2 yang otaknya salah kaprah ini (mis: orang-orang yang pinter kek Tika dikira laki-laki — emang perempuan gak boleh pintar binti cerdas? apa laki-laki gak boleh bodoh bin konyol?) bisa kembali ke jalan yang benar? 😛
mending qta ngobrolin yg ecek-ecek aja deh… yang gampang dicerna sama orang2 macam redz 🙂
*infotainment mode ON*: Kabarnya Lex baru broke up dari partner tetap nya yach?
Bwat yg dpt partner baru di tahun baru Tika ucapkan selamat meniti jembatan kehidupan yang baru 😀
@ cewek otak encer
pengumuman pada setiap cewe2 yg berotak “encer”
kalo emang kalian jenius lihat kamus bahasa ibrani mengenai cinta baca end pelototi sampai pagi hehe DON’T USE SPEED READING GALS
@Tika
u know wad, Tika..
gw rasa waLaupun Lex ga nyebutin tentang peneLitian yg u sebutin,
bukan berarti dy ga tau tentang peneLitian itu kan?
karna apa yg diomongin Lex bahkan nggak ngebantah teori tentang hormon2 dsb,
perasaan yg cuma bertahan 4thn, etc etc..
dengan u merespons pernyataan dy,
sebenernya u cuma sedang memperkuat apa yg dy bicarakan, kan?
coba deh Tika Lepas duLu kacamata kudanya,
trus baca dengan sangat teLiti kata2 Lex..
then teLL me, sebenernya apa yg u debat dari sana?
saran RedZz, biasakan membaca cepat (speed reading) hanya untuk membaca subtitles di DVD2 bajakan, teks di video karaoke, atawa komik kali, bukan bacaan2 serius-literatur-non fiksi. (mungkin Tika dulunya keseringan ngintipin orang mandi kali jadi membaca teks terbiasa ngebut, xixixi).
dan satu Lagi, Tika,
pernah denger kata2 “if you have to teLL the others that u are a woman, u are not a woman” ?
jadi kaLo u have to teLL Prof. bahwa u adaLah cewe berOTAK encer……
then…….
seLesain sendiri aja kaLimatnya.. =)
thx 4 HS..
setelah berkutat dgn teori2 yg diberikan team HS dan bergelimpang dgn darah dan keringat pada praktek2 langsung..
finally, gw dpt partner baru d taun baru ini..
yup, 4 my precious partner, thx 4 everything.. lets change the world together..
btw, gw ma precious partner gw sebelum deal, kita sepakat bahwa cinta itu hanya “benar2 terasa” ketika setelah menjalani hubungan berpuluh-puluh tahun lamanya, tetap bersama dg sgala manis dan pahitnya hidup..
so, what about our realathionship??
kita menjalaninya hanya berada pada jalur “cocok”, “saling mengagumi”, “saling percaya” dan “saling menghargai”..
cinta?? itu hanya rasa alamiah yang tumbuh dgn akselerasi waktu dan respek..
i’m back,
Fab Cavalino
@new_tika
ya kalo loe nyadar bicara 1 perspektif aja ya gw ga nyalahin loe, loe juga ga perlu kritik lex karena lex juga bicara dari 1 perspektif aja juga , kalo emang loe merasa lex memandang cinta berdasarkan hanya 1 perspektif aja blame him quickly!!!!
ternyata peranan hormon testoteronnya mbak tika bisa banyak juga hehehe ( bercanda mbak ga usah diambil hati)
lex :
“Cinta adalah sebuah sistem dan saat ini kita, manusia modern, berada pada era yang sudah sangat memerlukan buku panduannya.”
and the guide book is?????
gong xi fa cai
*buat yang merayakan aja*
@lain-lain,
kalo mmg bener “romantic love” cuma bertahan 4 tahun, sedangkan kenyataan banyak orang2 yang stay in love or stay married for a longer time, then you need to find out how “romantic love” transform into another kind of love after 4 years. Ada lho pasangan yang stay in love tanpa perlu terikat pernikahan, contoh pasangan Kurt Russell-Goldie Hawn. At least sampai hari ini masih bertahan dibandingkan dengan Hollywood couples yang lain *infotainment mode ON*. Since science said it’s the works of hormones, then you should figure out how to “manipulate” your hormones for your own noble purpose — which is “to fall in love over and over again” or to “stay in love for 50 years” etc. That’s the beauty of science, I must say. Everything is measurable.
@profesor_cinta
prof, anda harus secepatnya keluar dari Menara Gading sebelum keburu “bulukan” secara mental, spiritual … dan biologis … xixixixixi … di ivory tower prof gak akan ketemu cw-cw berotak encer macam Tika yg mengerti bagaimana bermain-main dengan perasaan orang tanpa harus menyakiti 😀
*whistle*
mungkin prof (dan yang lain-lain) harus baca dengan telitiiiii sekali apa yang ditulis disini (termasuk yang dibuat sama Tika) sambil melakukan refleksi … saran Tika, biasakan membaca cepat (speed reading) hanya untuk membaca subtitles di DVD2 bajakan, teks di video karaoke, atawa komik kali, bukan bacaan2 serius-literatur-non fiksi. (mungkin prof dulunya keseringan nyontek kali jadi membaca teks terbiasa ngebut, xixixi). Tika memang lagi bicara tentang satu perspektif saja, karena tika merespons pernyataan Lex di para 5 (gak Tika kutip lagi karena udah keseringan dan gak ada yang mbaca juga). Sekarang Tika jadi Gak paham kenapa koq topik aktual yg Tika bahas secara tajam dan terpercaya tiba-tiba jadi kehilangan FOKUS, merambah kemana-mana gak jelas gitu. Dan Tika gak pernah bilang “cinta itu manis” jadi Tika gak bisa merespons Prof., termasuk kesimpulan Prof tentang karakter Tika yang sama sekali gak kena target. NEXT …
🙂
udah dech, ga bakal ada habisnya ngomongin cinta. Kalo pengalaman gue sih, hehehe….kalau sulit jatuh cinta sih bener emang dari diri kita sendiri mulai dari perasaan ga bisa nyenengin pacar lah, mesti nyiapin uang buat jalan2 lah, dan lain-lainnya. Padahal ga gitu juga kan? yang penting si dia n kamu sama2 saling memahami, beres dech
lex dan tika membahas hal yang sama dari sudut pandang berbeda
saya tau yang di maksud tika tuh kenapa lex menulis bahwa cinta is just a game , romantika hanyalah permainan yang seolah olah cinta itu sesuatu yang di buat2 atau di ciptakan dan bisa dimanipulasi.
lex ada benarnya juga karena jaman sekarang sesuatu yang sebenernya natural jadi di buat2 dan manipulasi
itu kenyataan yang terjadi di dunia yang kejam ini hik hik snurf
tapi sesungguhnya emang cinta itu sesuatu yang natural namun manusia bisa memanipulasinya dan membuat nya
@new_tika
sekarang saya tanya cinta itu manis kan? lha sekarang pertanyaannya apakah sesuatu yang manis tapi bukan gula? kalo loe jawab ga ada berarti loe mandang dari satu sisi aja , loe lupa sisi yang lain.
cinta itu ibarat gula ( natural) untuk memaniskan minuman , tapi loe tau bahwa tidak semua yang manis itu gula tp aspartam
jangan loe mandang segala sesuatu tuh natural, alami , terjadi begitu saja ,atau kebetulan belaka saja loe salah padahal manusia bisa merekayasanya. tampaknya loe udah ketinggalan jaman. kalo loe mandang seperti itu terus loe wanita yang mudah di manipulasi.
@lex
gue kasih sedikit keberatan kalo emang menurut loe cinta sejati , jodoh di tangan TUHAN ga ada loe salah ,
itu ada tapi langka sehingga orang ga tahu itu. manusia banyak di manipulasi oleh banyak hal. gue paham loe seringkali diperhadapkan kenyataan yang ada .tapi kalo loe emang bilang itu ada ya gue ga nyalahin loe
justru lex dan tika tuh kebalik yang lex logika tinggi dan memandang kenyataan yang terjadi sekarang ini dan tika main perasaan , visualisasi dan naturalis
cinta itu adalah perpaduan antara hormon manusia dan interaksi sosial
yep.. gw juga masih terngiang kata2 JET.. love is BULLS***T
Jatuh cinta aja koq repot.
klo cowo jatuh cinta sm cw = wajar
klo cowo jatuh cinta sm cowo = homo/gay
klo cw jatuh cinta sm lesbi = lesbi
Hehe, a bit off topic. Just in case you don’t know 🙂
sedikit komentar sama yang diutarakan mas lex, mungkin memang cinta itu bulls***, tapi tergantung persepsi masing-masing juga. walaupun setiap co2 glossy disini menganggap love just a game, tapi ga bisa dipungkiri juga kalau kita tetap mengharapkan ada “sesuatu” dari games tersebut. kita ga cuma mengejar, malaksanakan atau menjadi pemain dalam romance games atau bahkan terobsesi menjadi pengontrol dari games tersebut tapi jujur pasti ada harapan kalau akan menjadi “sesuatu” atau dalam artian “have a healthy relationship”. dari pada ngabisin waktu, duit dan tenaga hanya selalu menjadi gamer (ga ada bedanya maen playstation or online game), kita tetap terjebak dalam romanic junky.
have relationship not a sins…
it just fun tought…
if you could handle it wise…
and brave enough to face…
sering jatuh cinta tp sering juga sakit hati, kacian deh gw
tapi sebenernya yah,
bukannya apa yg diomongin Tika sama Lex sebenernya sama ya?
bahwa Love isn’t about those bLooming-FLower2 things..????
Jadi gw kurang ngerti bagian mana nya yang sebenernya diperdebatkan Tika..
dan What Lex is saying,
bahwa Romantic Love bukan “cinta yang sesungguhnya”.. (cmiiw)
What Tika is saying,
Romantic Love ga akan bertahan Lebih dari 4 tahun..
(keLanjutan dari 4 tahun itu tergantung komitmen sih kLo nurut gw)
Jadi sbenernya u berdua ngebahas haL yg sama, kan?
Jadi kenapa Tika harus bergaya seperti orang yg tau segaLanya?
PadahaL apa yg u katakan itu cuma memperkuat bukti kLo artikeL Lex benar, kan?
RedZz,
*mencoba ga OOT sambiL mencoba ngetik gak Lebih panjang dari artikeL na*
*niru gaya Tika*
The new Tika & The New Apis = orang yg sama?
wakakakakakakak..
RedZz
*yg kerjaannya OOT moLo*
udah telat 3 hari tapi better late than never…
hmmmm….
I agree with Tika,
teringat ama temen cewe yang baru kenal trus ngomongin cinta-cintaan and temenku yang inrelationship selama 9 tahun…
hmm…
Tika based on my past experiences, I will have to agree with you. Strangely, when one started the 4th year of the relationship, somehow the tense are beginning to fade. *sigh*
Wah, w setuju banget……!
love is bulls***t
Gw setuJu sama mbak Tika.
Mbak mengingatkanku dengan yayang ajah.
udah pinter, g asal ngomong n punya dasar-dasar landasan pokok yang kuat.
“hip-hip hura”
bener tuch lex lw kudu harus ikut terapi!! wkwkwkwkw…
wah kalau ada kursus gratis di jogja tentang yang kaya gini, yakin aku banyak cowok lossy yang ikutan… heheheheee…. nah ntar kutemani mereka …hehhhehe
cinta……….
seperti berjudi untung – untungan
@dt
Topik nya kan “mengapa sulit jatuh cinta” dan si penulis rupanya gak tau kalau sudah ada penelitian tentang hal itu. Ini satu lagi artikel dari majalah Time tahun lalu, judulnya pun dah jelas “The Science of Romance: Why We Love”:
http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1704672,00.html
Buat yang gak ngerti-ngerti juga apa yang sudah dibaca (perhaps you guys are too young to fall in love 😉 ):
Menurut penelitian, dalam setiap fase jatuh cinta mulai dari rasa tertarik (entah karena fisik, bau badan, intelegensia, dan lain-lain) sampai elo memutuskan untuk menikah and stay married until death do both of you apart, semua dipengaruhi oleh hormon. Bagaimana cara kerja setiap hormon tersebut dalam setiap fase silahkan baca sendiri di NG and Time. Tika bukannya science geek5 jadi buat Tika asal penjelasan masuk akal dan bukti-buktinya bisa diverifikasi (misalnya cowok memproduksi hormon testosteron, itu kan sudah pengetahuan umum) buat Tika sudah bisa dimengerti dan diterima.
Kalau elo-elo sekalian bisa lebih kritis lagi, elo bisa mendalami hal2 sbb:
1. Bagaimana “mengontrol” kapan elo bisa jatuh cinta dan dengan siapa elo mau jatuh cinta. Kalau memang elo gak bisa menentukan pilihan ya you have crush on or fall in love with lots of girls/guys — it’s NATURAL … blame it on your hormone !
2. Menurut penelitian juga, hormon yg menyebabkan elo jatuh cinta (romantic love), dopamine, cuma bertahan sampai maksimum 4 tahun, setelah itu setiap orang sudah gak merasa “high” lagi seperti waktu awal-awal ngejar-ngejar ce/co yg elo mau. Di setiap artikel yg gw sertakan ada penjelasan kenapa cuma 4 tahun (something to do with fatherhood and motherhood). Apa yg terjadi setelah 4 tahun dan kehilangan “rasa itu” kan sudah banyak contoh-contohnya, gak perlu Tika jelasin. Pada waktu ini yang berperan adalah oxytoxin. Setelah tahu itu apa yang bisa elo lakukan supaya elo berdua bisa “stay in love” kalau memang itu pilihan elo yang terbaik?
3. Mungkin Lex mesti ikut terapi hormon dopamine, biar bisa jatuh cinta …. 😛
Baca artikel ini, jadi teringat kata2 JET pada waktu seminar bahwa Cinta itu “Bull S*** “.
wah, ada mbak tika~
*baca-baca artikel yang dikasih mbak tika dulu ah*
keren~
tapi tetap aja buat dt itu hanya menjelaskan bagaimana kita, secara biokimia tertarik dengan seseorang. Bagaimana reaksi tubuh kita saat bertemu dengan “orang yang tepat”. Dan belum menjelaskan bagaimana kita bisa menarik orang lain yang kita sukai.
Eniwei, definisi cinta tiap orang jelas beda-beda. Buat dt sih, cinta itu sama seperti curiousity. Hanya hal-hal yang mampu secara terus-menerus menimbulkan rasa penasaran dt yang mampu menarik perhatian dt…
@Tika sok tau banget….
saking banyaknya kritikan buat kamu,sampai-sampai saya malas nyebutin satu-persatu.
cinta itu yang ada di film “Passion of Christ”. Siapa kali sih kita (manusia/makhluk ciptaan-Nya) ini yang mau diselamatkan-Nya..? Sehingga Ia mau mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal.
Mungkin itu yang pantas disebut cinta.
Kalau yang selama ini kita lihat/dengar ; artis mesra-mesraan, artis kawin-cerai, film Korea kesukaan Lex dulu, Kei bikin lagu untuk cewek gebetannya, gw yang ngasih coklat ke cewek yang gw suka ; itu bukan cinta tapi itu adalah SINS yang setingkat di bawah ULTIMATE SINS. Dan yang jelas bukan Sins Aeschylus atau Sins 1899 (Since maksudnya…) he2x
Quote: “Kita memerlukan penelitian yang komprehensif tentang apa yang dinamakan Cinta, tentang bagaimana rasa ketertarikan muncul, bagaimana cara meningkatkannya, tentang proses bio-kimiawi yang terjadi, tentang unsur-unsur lain yang semakin mengikat atau semakin melemahkannya.”
The good news is: It’s done (kemane aje lo?).
The verdict: Love is a matter of chemistry — So make sure you and your target find the “right chemistry” to be able to fall in love and stay in love for a long long time.
Read Helen Fisher’s “Why We Love: The Nature and Chemistry of Romantic Love” to be enlightened on this matter — if you haven’t. For a brief review, go to http://thebestreviews.com/review20806
Check out also this insightful article from the National Geographic:
http://science.nationalgeographic.com/science/health-and-human-body/human-body/true-love.html
Excerpts:
* … Love lights up the caudate nucleus because it is home to a dense spread of receptors for a neurotransmitter called dopamine, which Fisher came to think of as part of our own endogenous love potion. In the right proportions, dopamine creates intense energy, exhilaration, focused attention, and motivation to win rewards. It is why, when you are newly in love, you can stay up all night, watch the sun rise, run a race, ski fast down a slope ordinarily too steep for your skill. Love makes you bold, makes you bright, makes you run real risks, which you sometimes survive, and sometimes you don’t.
* … “I married him because of his Body Odor.”
* Biologically speaking, the reasons romantic love fades may be found in the way our brains respond to the surge and pulse of dopamine that accompanies passion and makes us fly.
* Anthropologists used to think that romance was a Western construct, a bourgeois by-product of the Middle Ages … Scientists now believe that romance is panhuman, embedded in our brains since Pleistocene times.
* “Before I saw movies like ‘Love Story’, I didn’t realize the power that love can have.”
* In long-term relationships that work … oxytocin is believed to be abundant in both partners. In long… term relationships that never get off the ground … or that crumble once the high is gone, chances are the couple has not found a way to stimulate or sustain oxytocin production.
Enjoy!
Yang gue tau,
Cinta itu adalah emosi.
Lo baru mencintai sesuatu atau seseorang
kalo sudah mengalami apa yang dinamakan
dengan keterikatan emosi.
Semakin dalam keterikatan emosi lo,semakin sulit lo melepaskannya.
Baik dalam penyerahan investasi,apakah itu
dalam bentuk uang,waktu,dan tenaga.
Tapi bagi gue Cinta adalah sakral.
i’ve a question to u Mr LEx du Praxis.
kenapa orang-orang biasa dgn mudahnya jatuh cinta dan gonta-ganti pasangan (kawin cerai) dibandingkan dgn orang yg berpendidikan ?
versi kasarnya, apa mereka ga pikir panjang ?
yg penting kawin n kawin aja ? trus cocok ga cocok tuh urusan belakangan ?
aku ga tau persis berapa % pernyataan aku benar / salah.
tapi kalo kita melihat di kota-kota besar spt singapore, berapa banyak yg kawin di usia muda ? apakah mereka MUDAH/SULIT JATUH CINTA ?