Membedah Seorang Lex

In the previous entry, a blog reader asked how I came up with the name Lex dePraxis. Hmmm, that’s a long story to explain, but since G-spotters also had a related discussion on the process of formulating new persona, I thought this would be a perfect chance to apply peribahasa ‘sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.”

Konon, nama yang pertama kali saya pilih adalah REX, sebuah kata yang selalu menjadi favorit saya ketika kuliah dulu belajar bahasa Latin di kampus. Kata tersebut, selain artinya ‘the king’, ia juga memiliki mengandung imaji besar, kokoh, terpercaya, kepemimpinan, dan kuno (ancient). Alasan lainnya, REX juga membawa kenangan khusus akan jagoan idola saya semenjak kecil, Black Masked Rider RX.

Kotaro Minami adalah sosok manusia pertama yang membuat saya berdebar-debar dan berteriak, “It’s me! It’s me! Wanna be like him!” Satu theme song-nya, Dare Ka Ga Kimi Wo Ai Shiteru (klik kanan Save Target As untuk download), dahulu saya hapal mati untuk sing along karena, sekalipun saat itu saya tidak mengerti artinya, entah mengapa lagunya terasa berbicara secara pribadi tentang perjalanan hidup saya selama bertahun-tahun ke depan. Hari ini, beberapa menit yang lalu, belasan tahun kemudian semenjak mendengarnya pertama kali, saya baru tahu arti liriknya… Continue reading


Ask Lex anything

Ask Lex Anything - Hitman System

Ini adalah ide gila yang barusan berkelebat di kepala saya: membuka kesempatan gratis bagi siapa saja ingin mengajukan pertanyaan, curhatan, atau apa saja yang sedang butuh dikomentari. Saya sama sekali tidak serba tahu. Saya juga tidak selalu memiliki jawaban yang tepat. Tapi saya senang memberi opini dan membagikan apa saja yang saya ketahui, plus lagi mungkin karena saya juga terlalu iseng dan suka tantangan yang aneh-aneh. 😀

So, anggap saja seperti kamar konsultasi yang selalu menerima pasien sepanjang hari, sepanjang minggu. Di sini Anda benar-benar bisa bertanya tentang info dan komentar seputar apa pun, seperti tentang gaya hidup, fashion, sains, kebudayaan, teknologi, agama, isu sosial politik, masa depan, ulasan buku, belajar sulap, obat migren, spoiler film, rumus phytagoras, astrologi, tips interview, rute jalan, jual beli tanah, ajian sakti mandraguna, resep makanan, operasi kelamin, tanggal kiamat, kisi-kisi ujian CNPS, pengembangan diri, internet marketing, cara rakit bom, analisis forex, reparasi handphone, prakiraan cuaca, koleksi bispak, terawang nasib, gosip seleb, tagihan PLN, nomor togel, .. uh, apa saja, guys. Continue reading


When life sucks…

Dulu waktu masih usia SD yang lagi bandel-bandelnya as in pulang sekolah langsung kabur untuk adu main Tamiya ala Dash Yonkuro di mall biasanya pasang track super gede, ortu rajin kasih ngamuk dan petuah, “Kamu kok ngelawan terus sih? Belajar dulu sampe pinter dan dapet nilai bagus, kamu masih anak kecil, nanti kalo udah SMP baru boleh deh Mama bebasin karena udah gede.”

Setelah masuk SMP, suara mereka berbunyi “Mau berapa kali lagi dibilangin kalau kamu pulang sekolah harus pulang dulu ke rumah?! Atau minimal telpon, minta ijin kalau kamu mau pergi berenang sama temen. Kamu tuh masih anak Mama Papa, jadi masih anak kecil yang sekolah aja pake celana pendek, belum bisa seenaknya aja ambil keputusan sendiri!”

Beberapa lama kemudian di SMA yang notebene pakai celana panjang, nada dan pesan yang sama masih terulang, “Kamu ngapain sih setiap minggu bisa sampai empat kali ngurusin acara komsel dan pelayanan? Kursus pelajaran aja biasanya cuma maksimum seminggu dua kali. Jangan yang aneh-aneh deh, belum saatnya kamu untuk sibuk hal-hal seperti itu. Nanti kalau sudah kuliah, sudah bisa Mama Papa anggap orang dewasa, terserah kamu deh mau jadi apa dan ngabisin waktu ngapain aja.”

Ketika lagi menikmati tahun-tahun kebebasan dalam dunia pelajar-tingkat-tinggi alias mahasiswa, petantang-petenteng jalan merasa pintar karena cuman perlu bawa file binder note and bolpen, fesyen serba warna hitam plus rambut panjang hasil smoothing ala Mei Zuo (Meteor Garden), sibuk dengan aktifitas freelancing, suara mereka tetap berkumandang, “Jangan kamu pikir karena sudah kuliah kamu bisa bebas lepas ya, oh itu salah sama sekali. Kamu boleh merasa pintar, tapi kamu masih jauh anak kecil di mata Mama Papa, kami sudah makan asam garam. Selesaikan tanggung jawab kamu sebagai mahasiswa, belum saatnya bekerja karena kamu belum cukup dewasa dan masih perlu dengar nasihat kami sampai kamu lulus kuliah nanti.” Continue reading