Mengetuk Pintu Hati

Tahukah kamu… mengapa aku ingin mengenalmu?

Aku ingin tahu apa yang membuatmu resah, apa yang membuatmu gundah, apa yang membuatmu sedih… agar aku jangan sampai membuatmu menangis.

Aku ingin tahu apa yang membuatmu tersenyum, apa yang membuatmu tertawa, apa yang membuat matamu berbinar… agar aku bisa membuatmu bahagia.

Aku ingin menjadi orang yang kamu bukakan pintu dan persilakan masuk dalam rumahmu. Menemanimu setiap hari, setiap malam, bertukar cerita dan tertawa bahagia. Bukan hanya berbicara lewat celah pintu yang sedikit terbuka, terkait oleh grendel kunci rantai.

Kenapa aku bisa merasakan semua yang aku rasakan? Jujur, aku tidak tahu. Konon, katanya cinta tidak butuh alasan, dan kita tidak akan pernah tahu kapan dan dengan siapa kita akan jatuh cinta. Tapi kurasa, aku begini karena aku merasa bahagia setiap kali aku singgah ke rumahmu.

“Bukakan aku pintunya dan biarkan aku masuk menemani kamu..”, aku ingat tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulutku. Aku tahu kamu terkejut, karena aku bisa lihat air mukamu lewat celah pintu yang sedikit terbuka, terkait oleh grendel kunci rantai.

Kamu terdiam membisu. Matamu berkata bahwa kamu ingin membukakan pintu untukku, tapi raut wajahmu berkata lain. Aku tahu kamu ragu. Aku tahu kamu takut. Segala hal buruk yang mungkin terjadi terlintas cepat dalam pikiranmu.

“Jangan takut… aku tidak akan menyakiti kamu. Biarkan aku membawamu keluar rumah dan melihat indahnya dunia. Biarkan aku menemani kamu…”, aku berusaha meyakinkan kamu.

“Tapi aku belum mengenal kamu…”, katamu lirih.

Aku tahu kamu merasa belum mengenalku, bukan karena aku tidak pernah bercerita tentang diriku sendiri, tapi karena kamu menolak untuk mempercayai semua yang kuceritakan padamu dan memilih untuk mempercayai masa lalumu.

“Aku bisa membuat kamu bahagia… aku tahu kamu tahu itu.”, aku mencoba membuat kamu mengakui perasaan dalam diri kamu, perasaan yang sama yang juga aku rasakan.

“Aku bahagia setiap malam kamu singgah ke sini, aku senang bisa bertukar cerita dengan kamu… tapi aku perlu bukti bahwa kamu tidak akan menghancurkan rumahku kalau kamu masuk ke dalam!”, kamu akhirnya mengutarakan isi hati kamu.

“Bagaimana aku bisa membuktikan hal itu kalau aku tidak pernah masuk dalam rumah kamu?“, ujarku setengah tak sabar.

“Setiap malam kita bertukar cerita dan tertawa bersama… bukankah itu bukti bahwa aku dan kamu bisa saling membahagiakan satu sama lain? Tidak mungkin aku akan merusak hal yang bisa membuat aku bahagia, kan?”, sekali lagi aku berusaha meyakinkan kamu.

“Jangan paksa aku… Kamu harus membuktikan diri dulu, itupun aku tidak bisa janji apa-apa.  Bila kamu tidak mau, tidak apa-apa. Lebih baik kamu pergi dan tidak usah singgah lagi…”, kamu berkata dengan pelan sambil menatap mataku tajam.

Tahukah kamu… rasanya miris mendengar kalimat itu.

Apakah segala kisah dan tawa yang kita nikmati bersama setiap malam tidak berarti apapun buat kamu? Aku tidak habis pikir, mengapa kamu lebih memilih berdiam dalam sepi daripada membukakan pintu untukku? Kamu juga senang bila aku di sini menemani kamu, kan? Iya, kan?

“Baiklah, aku akan membuktikan diriku…”, akhirnya aku berkata. Bukan karena aku menyerah, tapi justru karena aku tidak ingin kehilangan dirimu, meskipun aku tahu aku tidak pernah memilikimu. Aneh, bagaimana mungkin kehilangan sesuatu yang tidak pernah dimiliki?

“Terserah kamu…”, itu kata-katamu yang terakhir sebelum kamu menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Aku mengetuk dan memanggil namamu, tapi kamu tidak menjawab.

Dengan menyesal aku pulang dan memikirkan kamu hingga pagi menjelang dan matahari mengintip di balik cakrawala, perlahan buyarkan hitamnya malam dan menggantinya dengan fajar yang ungu kebiruan.

Tahukah kamu… sejak itu, setiap hari aku singgah dan mengetuk pintu rumahmu. Tapi kamu tidak pernah menjawab. Aku mengetuk dan mengetuk… menunggu kamu di depan pintu, tapi suaramu pun tidak aku dengar lagi.

Bagaimana kamu bisa mengenalku dan meyakinkan dirimu sendiri, bila kamu saja tidak mau bertukar cerita lagi denganku? Apa yang harus kubuktikan bila kamu saja tidak mau melihatku lagi, meski hanya lewat celah pintu yang sedikit terbuka, terkait oleh grendel kunci rantai.

Bila aku berhenti mengetuk, aku tahu itu akan membuktikan bahwa aku tidak sungguh-sungguh ingin menemanimu. Tapi bila aku terus mengetuk, aku tahu kamu pasti akan membenciku. Tolong kamu beritahu, apa yang harus aku lakukan sekarang?

Mungkin aku terlalu memaksa. Mungkin aku tidak sabaran. Mungkin dengan begitu aku jadi mengingatkan kamu akan masa lalumu. Mungkin memang kebahagiaan yang aku pikir kamu rasakan ketika bersamaku adalah ilusi dan khayalanku belaka. Mungkin kamu memang lebih bahagia sendiri dalam sepi. Mungkin memang ini yang sebenarnya kamu inginkan…

Mungkin aku tidak akan pernah tahu kenapa…

Mungkin…

Tahukah kamu… setiap hari aku berjalan lewati rumahmu. Begitu seringnya, aku sampai ingat persis warna coklat kusam pintu rumahmu dan dindingnya yang keabuan.

Tahukah kamu… kalau kamu sudah siap, kamu bisa membuka pintu dan memanggilku untuk singgah lagi. Mungkin nanti kamu mau membukakan pintu untukku. Mungkin…

Mau tidak mau, toh setiap hari aku memang harus lewat jalanan rusak di depan rumahmu itu.

******

Setiap orang pernah mengalami kisah di atas. Baik sebagai orang yang mengetuk maupun sebagai orang yang menutup pintu. Dengan membaca kisah ini, saya harap kita bisa saling mengerti bahwa kebahagiaan dalam hubungan cinta tidak bisa dipaksakan. Meskipun kebahagiaan itu sudah ada di depan mata, tapi hanya bisa diraih bila kedua pihak memang sama-sama menginginkannya dan saling berusaha.

Silakan sebarkan tulisan ini pada sahabat-sahabat Anda, dan jangan lupa cantumkan http://kei.hitmansystem.com sebagai sumber.

Sahabat Anda,

Kei Savourie.


74 Responses to Mengetuk Pintu Hati

  1. baru baca blog ini, jd telat keknya..tp pingin nimbrung

    nebeng lagunya cat steven “first cut is the deepest” dan spy kejadian ini tak terjadi pada kita, saya dpt resep dari tantenya tante saya, “mencintai tanpa patah hati”..

    tp saya masih belum bisa tuhh..kadang masih teringat story jadul..pait bro!

  2. saya hanya membaca setengahnya tp sudah tau maksudnya,dan sy tdk akn menruskan untk membaca crita tersebut bikin “sakit hati” karna pernah saya alami 2 thn yg lalu.. serta tdk ingin mengenangnya kembali

  3. cerita yg pernah sy alami sebagai cowo yg ketemu dgn cw seperti itu..saya tertarik dgnnya, sy datengin rumahnya..respon yg positif(sama yg sy liat mata yg berkilau)dia merasa nyaman dgn saya… dia curhat mengenai sakit hati nya..yg sudah batal nikah(smpe ..x)..dia bilang tdk pernah menunjukkan tangis di depan keluarganya..tp dia nangis di depan saya.. ada rasa iba..kita selalu berbagi cerita, tertawa, menangis, pelukan yg buat perasaan hangat yg sama di cerita anda..kita pacaran LDR krn sy harus tugas di luar pulau.. telpon dari bangunin pagi smpe temenin tidur selalu .. tp dia ga pernah bener2 buka pintu( dgn kata2 nya “aku ga bs yakin”).. sy maklum, krn masa lalunya.. tp sy udah terlanjur cinta.. ga lama dia ninggalin sy.. 1 bulan setelahnya dia dilamar orang lain, dia bilang skrng aku udah yakin.. skrng hati sy yg hancur.. masih..

  4. Kei, cerita yg sgt mnyentuh, agk sdkt mirip tp tdk sm persis dgn kisah aku.
    Dl, prnh pnya someone special, sdh m’anggap dia spti soulmate, tp yg tjdi kmdian dia m’hancurkan smauanya, dia m’hamili wanita lain yg notabene adalah sahabat aku sdri (dulu).
    Sblm ??ü ttg kebenaran itu, aku udh lama lost contact dgn si cowok itu, br bbrp tahun kmdian ??ü kebenaran yg menusuk hati bgt, sgt2 tdk dsengaja and tdk diduga, b’temu lg dgn cewek (yg dl adl sahabat aku) dia menggendong anak bayi yg lucu, dgn polosnya aku b’tanya “anak siapa ini?” dia pun m’jawab “ini anak gw” (dgn senyum bahagia) dan orang lain yg menyambung kata2nya “masa gak tau, anak bpk ini adalah……” (menangis t’tahan d dlm hati Kei, pulang ke rumah dgn seribu ptnyaan tanpa prnh ??ü jwbnnya)
    Itulah knp, msh blm bs m’bka pintu hati ini.. Krn luka ini m’bekas. Dan stlh kenal Hitman System (Kei dkk) aku lbh santai m’jalani smuanya. Mengutip omongan (Kei atau Jet ya, lupa.. :p)
    “Masa lalu blh kita kenang dgn 1 syarat, kenangan tsb bisa m’berdayakan kita, bkn m’jatuhkan kita!”
    So, let it flow, let it see then let it be. Bgtulah prinsipku skrg.

  5. Ko Keiiii… ini bagus sekaliiii!!
    Love this so muuuch! Terutama pemilihan kata katanya!! ><
    Aku juga buat banyak puisi & cerpen loh..
    di thediaryofoki.tumblr.com
    Baca2 juga ya.. 😉

    Ditunggu loh tulisan berikutnya! ^^

  6. Jadi teringat semua kisah mellow saya di masa lampau kala masih kuliah tapi by the way, kalimat Kei yang tulisannya
    “Tahukah kamu… setiap hari aku berjalan lewati rumahmu. Begitu seringnya, aku sampai ingat persis warna coklat kusam pintu rumahmu dan dindingnya yang keabuan.”
    Kok agak mirip dengan kalimat di bonus audio AAN ini “Ngarep banget, saking ngarepnya dengan mainan robot-robotan, jadi pergi ke tokonya buat ngebacain kalimat-kalimat bahasa Jepang di Box mainan itu”
    Hehehehe…

  7. kalo cinta itu memang membuat kita bahagia dan dia memang benar2 yang kita inginkan rasanya ga ada salahnya di perjuangkan,krn menurut gw (subyektif ya) cinta dan kebahagiaan memang harus di perjuangkan,gw sendiri lagi berjuang untuk itu dan kl berhasil gw akan segera menikah:))

  8. Cerita yang sangat menyentuh, Kei…
    really love it…
    mengingatkanku dengan masa2 mellow itu 🙂
    membuat gw bersyukur bisa sampai di titik ini dalam perjalanan hidup gw…

    *sejenak menikmati efek mellow dari kisah di atas
    *playing Adhitia Sofyan’s – Greates Cure

  9. Mantab bro, pas bgt nih buat kalo lagi galau tingkat dewa, galau ya dinikmatin aja, soundtracknya, Kaskade – Your love is black, beugh…

    “Bahwa kebahagiaan dalam hubungan cinta tidak bisa dipaksakan. Meskipun kebahagiaan itu sudah ada di depan mata, tapi hanya bisa diraih bila kedua pihak memang sama-sama menginginkannya dan saling berusaha.”

  10. Well, Kei !, Your Quote :

    “Meskipun kebahagiaan itu sudah ada di depan mata, tapi hanya bisa diraih bila kedua pihak memang sama-sama menginginkannya dan saling berusaha”

    i think that’s core of the pre-relationship order . . .

    🙂

  11. hmmm…nice story & sad story. emm,,,gw pernah baca buku “reinverting your life” dan itu di kategorikan sebagai ‘lifetrap mistrust and abuse’
    dan salah satu cara (dari berbagai cara pstnya ..hehehe) untuk menghadapi itu adalah,,berani membuka diri 1 kali lagi dengan berusaha percaya dan dekat dengan orang-orang yang pantas di percaya. dan pstnya hrs melihat secara objektif hubungan tersebut.,
    dan gw rasa,,itu gk akan sulit dengan percaya dan dekat dengan orang-orang yang pantas di percaya…karena seperti yang lo tulis,kei… “…. tapi saya tahu setiap orang juga pernah mengalami hal yang sama….”
    so inti nya,,orang yang pernah mengalami seperti itu, jika bertemu dengan orang-orang yang pernah mengalami hal serupa juga,,itu akan menimbulkan suatu ikatan..dan akhirnya terbentuk suatu hubungan yang hangat. 🙂

    semoga membantu bagi orang-orang yang pernah mengalami seperti cerita di atas..

  12. Cerita ini aku banget, tahun lalu karena aku masih buta soal romansa(lossy banget!! parah!) dan hubungan kami diambang kehancuran,aku terus menunggunya (dan memaksanya) didepan gangnya hingga pagi menjelang, walaupun dia berkata “kalau masih nekat nunggu lebih baik jangan ngmong denganku selamanya” tapi aku tetap menunggunya.

    aku lakukan tas dasar cinta(baca=Ngarep)3 bulan aku menunggunya dan dia datang, bukannya tuk kembali, tetapi meminta restu buat hubungannya, kaget dan hancur, tiap hari kena Syndrome Of Yesterday, banyak nasehat teman yang bertujuan menghibur, indah, tapi menyesatkan, puji Tuhan bulan depannya nyasar ke situsnya Hitman System dan baca artikelnya, dan luka ini berangsur hilang 🙂

  13. Cerita ini mengingatkan saya pada masa lalu suram (zaman NGAREP).
    Betapa mengerikannya kondisi kejiwaan saya pada saat itu, “selalu ingin
    mencari pengakuan” bahwa saya-lah yang terbaik untuk-nya dan menyarankan
    supaya dia meninggalkan laki-laki bajingan itu (celaka dukun curhat).
    Dan semua-nya tidak membawa hasil apa-apa selain; keadaan jiwa saya makin me’remuk.

    Ngarep membuat saya menjadi gelandangan romansa, pasrah dengan keadaan seolah-olah
    semua-nya normal padahal itu semua-nya penyakit kejiwaan yang mematikan. Membaca tulisan kei
    kali ini membuat saya merinding dan gemetar betapa penyakit jiwa itu bisa membuat tolol jiwa.

    Terimakasih Hitmansystem
    salam dari Palangkaraya

  14. amazing story… i’ve been there a couples time too… sebagai pengetuk dan yang menutup pintu… walo akhirnya kalo di cerita saya ujung2nya ga ada yg happy ending hehehe…

  15. meskipun tertatih-tatih baca ini entri dari bb, tapi akhirnya kelar juga 😀 ,,postingan kali ini emang agak beda dari biasanya ya kei? 2 jempol deh buat story tellingnya 🙂

    setiap orang pasti pernah mengalami cerita diatas, aku malah ngalamin 2-2 nya ..aku pernah berdiri dan mengetuk sebuah pintu selama 2 tahun, deras hujan dan terik matahari mah lewat 🙂 akhirnya perjuangan ku emang ga sia-sia, itu pintu kebuka juga:) sayangnya kisah ini tidak akan berlanjut seperti cerita dongeng yang pernah diceritakan mama. selama aku nunggu di depan pintu, ada seorang penjual balon yang tiap hari lewat dan bikin senyum di pipi berkembang. waktu pintu itu kebuka aku malah tertarik buat beli balon dan menikmati kebahagiaanku sendiri sampe sekarang:D

    pintu tadi lagi-lagi tertutup rapat, tapi aku senang karna akhirnya dia belajar. saat aku lewat kemarin,,di pintu itu tertulis kata “WELCOME” ..

    sebaliknya,aku juga pernah membuat tembok pertahanan yang tebal dan sangat tinggi, terbuat dari bahan anti peluru dan terutama anti elpiji 3kg :p aku menyakiti semua orang yang berusaha mendekatiku, dan mereka menyerah.

    kebahagian tidak boleh bertepuk sebelah tangan, itu akan menyakiti keduanya! meski demikian, masih banyak orang yang RELA melakukan apa saja atas nama cinta, asal bisa membuat dia tersenyum dan tertawa, asal bisa membuat dia bahagia, atas nama cinta! sekalipun menderita aku rela? benarkah? semua orang ingin bahagia, lalu bagaimana mungkin kita bahagia bila kita menyakiti diri sendiri dan terus berusaha membahagiaakan orang lain? apa itu, yang disebut kebahagiaan? lalu bagaimana jika kita terus berpura-pura bahagia dalam sebuah hubungan yang jelas sudah tidak membahagiakan.

    kemaren aku sempet bikin statement “love is easy”, kenapa sekarang berasa complicated banget ya 🙁 –> bahagia, kebahagian, membahagiakan, dibahagiakan duhhh makin sering nyebut kata bahagia kok jadi makin suram dan ambigu sama artinya.

    ini comment apa posting blog sih? ! *celetuk kalian yang membaca komentar ku* hahahaha.. sori kei panjang bener 🙂

  16. Saya sedih mendengar sang wanitanya. Bukankah kita ini hanya manusia biasa, yang ingin dicintai dan mencintai?

    Betapa perih dan pedihnya masa lalu yg ia lewati sampai ia lupa bahwa Tuhan memberikan rahmat yang begitu besar kepada kita yaitu CINTA

    *westlife – my love & boyz II men – mama*

  17. Kalimat ini…

    “Jangan paksa aku… Kamu harus membuktikan diri dulu, itupun aku tidak bisa janji apa-apa. Bila kamu tidak mau, tidak apa-apa. Lebih baik kamu pergi dan tidak usah singgah lagi…”, kamu berkata dengan pelan sambil menatap mataku tajam.

    Mirip dengan kalimat seseorang yg gw kenal dgn baik, tapi sekarang tidak lagi.

  18. duh, baca ini rasanya sweet and sour,
    i guess i’ve been there… *mellow*
    memang ga cuma butuh “waktu” untuk menyembuhkan luka,
    tapi juga butuh keputusan dan keberanian..
    Karena gmn pun juga luka pasti akan selalu ada.
    Tapi bahagia itu tentang perjuangan untuk diri sendiri, no?

    i love the story Kei.. ..nice one.

    *puter lagu Kiss – Because I’m a Girl*
    *bermellow sendiri di pojok ruangan*

  19. Kebahagiaan bergantung pada diri kita sendiri. Bukan orang lain.
    Tidak peduli berapa banyak atau berapa sering orang lain mencoba memberi kebahagian, kalau kita tidak membiarkan diri untuk menerima dan menikmatinya, kita tidak akan bahagia..

Leave a Reply