Afirmasi Positif Justru Berefek Negatif

afirmasi positif memberikan efek negatif

Anda pasti sudah sering mendengar tentang penggunaan kalimat afirmasi yang dipakai untuk meningkatkan rasa percaya diri ataupun keberanian mental seseorang? Misalnya, “Saya pasti sukses menghadapi ujian!”, “Saya pasti memenangkan tender proyek itu!”, dan “Saya bisa!”

Ada ribuan pelatih sukses dan ahli-ahli motivasi selalu mengajarkan pentingnya menyuarakan pernyataan seperti itu setiap harinya agar kondisi kejiwaan kita menjadi lebih tenang dan optimal. Di Amazon.com sendiri terdapat 9766 produk yang mengetengahkan kekuatan afirmasi.  Saya pribadi tidak pernah menyukai gaya tersebut karena… uhm, ada alasan saya sendiri, nanti kapan-kapan saya jabarkan dengan lengkap.

Namun yang jelas baru-baru ini saya mendapatkan sebuah berita yang menguatkan keberatan saya tersebut. Dalam Psychological Science edisi terakhir, Joanne Wood dan rekan-rekannya mengadakan sebuah survei penelitian tentang efek dari kalimat afirmasi positif tersebut. Para partisipan diminta untuk mengulang-ulang kalimat, “Saya orang yang menyenangkan,” selama empat menit, lalu ditanya tentang bagaimana perasaan tentang dirinya.

Hasilnya ada yang seperti dugaan, ada juga yang sangat mengejutkan.

Bagi orang yang memang sudah memiliki rasa percaya diri, kalimat afirmasi itu memberikan dorongan sehingga merasa dirinya sangat lebih baik, sementara orang yang semenjak awal memiliki low self esteem merasa dirinya semakin buruk dan parah setelah menggunakan afirmasi positif tersebut. Yang lebih parah lagi, emosi kelompok yang kedua itu ternyata lebih rendah dan berantakan dibandingkan orang-orang yang tidak menggunakan kalimat afirmasi positif.

In brief, Wood suggested that people with low self-esteem are harmed by self-affirmation because they just don’t believe themselves to be lovable persons. Open declarative statements often trigger automatic counter-arguing. Someone who is overly self-critical and who says to herself “I am a lovable person,” might spontaneously sneer at her clumsy attempt at self-indoctrination. As a result, self-esteem goes down even further. Instead of pulling the person’s self-concept up, the positive self-statement now highlights the difference between the actual and the ideal self.

Setelah belasan tahun memerangi tren kalimat afirmasi yang terlalu berlebihan itu, akhirnya saya menemukan secercah bukti kuat yang mendukung. Anda ingin tahu lebih banyak alasan lainnya tentang kelemahan sistem afirmasi? Silakan temui saya dalam program training.

Salam revolusi cinta,

      Lex dePraxis

Solusi Romansa #1 di Indonesia

lex depraxis sebar hitman system


21 Responses to Afirmasi Positif Justru Berefek Negatif

  1. logikanya, positif lebih baik dari negatif. meskipun dari perbuatan positif (dalam kasus ini, afirmasi positif) yang malah berefek negatif, paling tidak kita awalnya sudah melakukan hal yang positif, 😉

  2. saya pernah dengar suatu ajaran tentang kalimat afirmasi,bahwa sebaiknya kata kata afirmasi dimulai dengan kalimat saya dalam proses contoh saya dalam proses menjadi orang berani sehingga kalimat afirmasi tersebut tidak berlawanan berlawanan dengan “believe/value” yang ada pada diri kita .dan kita terdorong untuk mewujudkan itu .semoga berguna

  3. ga juga kk,,, menurut aku antara afimasi positif/pun brpiki positif membuatQ lbih kuat… bahkan sangat kuat…. tu karna di dasari seuah “KEYAKINAN”
    kalo misalkan hal negative yang muncul,, kemungkinan besa karena, kondisi yang memang sedang buruk, sehingga kita tidak yakin dengan apa yang kita pikikan ( dalam artian bepiki positive)
    karena “dalam satu hari, pikiran negative tu lebih banyak 90% dari pikian positive qta” ( buku teerapi berpikir positive)

  4. Lha iya dong … afirmasi akan terasa efektif jika dilakukan pada saat gelombang otak ada di gelombang alfa ke teta… kalo dalam kondisi biasa.. bheta.. maka akan ada penolakan. Karena otak sadar kita tidak menerima (memblok) afirmasi itu….

    Lex’s reply: Sebenarnya tidak penting gelombang ada di mana. Yang lebih penting adalah kesiapan dan juga repetisi.

  5. apremasi adalah kata2 yang keluar dari mulut kita yang di keluarkan dari lubuk hati kita

    mengapa apremasi banyak orang bilang susah,knp??karena di diri mereka masih ada jiwa yang sombong,angkuh,egois dll yang dapat mengurangi energi positif yang kita apremasikan…

    coba kalian berapremasi sebelum tidur,sambil memikirkan orang2 yang kalian cintai,contohnya “saya mau membahagiakan orang tua saya”

    dan INGAT apremasi yang kalian katakan tidak akan menjadi energi positif apa bila masih ada kesombongan dalam diri kita”kata kuncinya rendah hati”coba apremasikan diri anda”saya rendah hati”begitu terus sampai mengeluarkan air mata….i.allah kalian akan sukses dunia akherat

    Lex’s reply: Setuju!

  6. Pingback: Benarkah berubah itu sulit? « Rullyeist's blog

  7. menarik, karena belakangan ini sy sdng bnyak membaca soal afirmasi ini. ini ada kaitannya juga tho dg hukum law of atractionnya si brenda ya…

  8. Semakin gw kuatin afirmasinya,semakin kuat pula pikiran gw menolaknya,semakin kacau pikiran gw.
    Pengganti afirmasi yang bener-bener maknyus apa ya lex?

    Lex’s reply: Ada beberapa alternatif selain afirmasi, bro, misalnya visualisasi dan self-hypnosis, tapi tentu harus dilakukan dengan cara yang benar..

  9. afirmasi memang keinginan sadar kita tapi ini juga akan bertabrakan dengan logika sadar yg membantah iu semua, macu semangat “saya bisa”, “pasti bisa”, bakal bertabrakan dengan kenyataan yg gak menunjukan kalo diri bisa melakukannya. sampai akhirnya jadi nyerah dan jatuh..ah “saya emang gak bisa menegrjakan ini”, ” ini terlalu sulit buat saya”, dan “saya nyerah”.
    ambigu.ningung dan desperate.
    ikut HS, dan belajar di blog ini bisa jadi jalan keluarnya. mantaf lex.

    Lex’s reply: Selamat berhenti afirmasi dan mulai beraksi, sobat.

  10. Pingback: Menumbuhkan Cinta Pada Diri Sendiri « Lex dePraxis – Unlocked! – Menyingkap Misteri Manusia, Cinta, dan Romansa

  11. Menurut saya afirmasi hanya bisa efektif jika dalam kondisi rileks dan tenang,bukannya terburu2 untuk melihat hasilnya.Segala sesuatunya butuh prose kan???

  12. Setuju, kadang malah afirmasi bikin lebih buruk, soalnya kalo ga pas malah meyakinkan hal yang berlawanan dari afirmasi tersebut. Misalnya kita bilang “aku bisa” , kalo pede-nya emang kurang, afirmasi ini malah akan membuktikan bahwa sebenarya kita merasa ga bisa.
    Salam.

    Lex’s Reply: Yup begitulah.

  13. mm… mungkin itu sebabnya kenapa pas gue lg sedih atau stress dan gue maksa berpikir kalo ‘gue hepi!’ dan ‘gue baik2saja!’ gue malah makin ngerasa sakit and ancur..

    any solution, romanse expertise?…

    😉 😉 love, adeirra

    visit also http://www.adeirra.com/blog

    Lex’s Reply: Terus berkunjung dan lihat tips-tips lanjutannya. 🙂

  14. ok, jadi itu aLasannya..
    now, why don’t u move on to “how to soLve” section?
    buat orang2 dengan Low seLf esteem,
    apa yg bisa diLakukan untuk meningkatkan seLf concept mereka?

    Lex’s Reply: Sabar, sabaaaar.. 😀

  15. huhuhu.
    ini sebabnya ketika sidekick gue bilang
    ‘ayo bro, loe pasti bisa!’, gue malah makin degdegan.

    nice post. seriously.

    Lex’s Reply: Hmmm, nanti kita bahas saat ketemuan saja, terlalu panjang bahas di sini.

  16. berlebihan dalam postive thingking berarti terlarang dong bagi Lex..ehmm mengejutkan.

    Lex’s Reply: Apapun yang berlebihan, efeknya malah sebaliknya. Dan menurut saya pribadi, positive thinking memang sangat bermasalah secara konsep maupun aplikasi.

  17. afirmasi apa sih? masih gak ngerti… 🙁

    thanks ya udah maen ke blog gw. maen lagi juga boleehh 😀
    salam ganteng dari diazhandsome

    Lex’s Reply: Afirmasi adalah pernyataan-pernyataan tertentu yang disampaikan kepada diri sendiri, yang menurut teori akan membuat kita lebih terdorong, kuat, dan semangat untuk menggenapi afirmasi tersebut.

Leave a Reply