A Small Slap

Beberapa minggu kemarin, saya beberapa kali harus melintasi jalan semanggi-gatot subroto di sore hari yg mana berarti tepat ketika masa three in one berlaku.

Buat yg tidak tinggal di Jakarta biar saya jelaskan sedikit apa itu Three In One.
Three In One adalah peraturan dari kepolisian Jakarta, yg mana menyatakan pada jam-jam tertentu di jalan-jalan tertentu di ibukota, setiap kendaraan pribadi beroda 4 wajib memiliki 3 orang atau lebih didalamnya.

Karena saya menyetir sendiri, berarti saya terpaksa harus mengangkut joki untuk bisa melintas di jam2 tersebut.
Dari beberapa kali saya mengambil joki, baru sore itu saya bertemu dengan joki yang lewat kisahnya menampar keras realita saya.Sebut saja namanya Ibu Haryani, di sore itu dia menjadi joki sambil menggendong balita yg berumur 3 tahun. Seperti biasa saya selalu menanyakan hal yg sama kepada setiap Joki,

“Tiap hari ya bu ngejoki?”
“Iya tiap hari pak..”
“Oh.. ini cucu ya bu?”
“haha.. bukan pak, ini anak saya… memang masih kecil, bedanya 8 tahun sama anak yg sebelumnya..”

Dan dari situ saya mendapatkan sebuah kisah menarik.
Ibu Haryani, ternyata punya 6 anak. Dia tidak ikut KB karena dulu ketika ia masih tinggal di kampung, orang-orang kampungnya melihat unyeng2nya (ini apa saya gak tau) berjumlah 5 yg mana berarti minimal anaknya 5..
“Ya sudahlah selama masih dipercaya Allah ya beranak terus aja.” kata dia

Well saya sempat ingin tertawa disini, geleng-geleng kepala, dan berkata dalam hati
“Ya elah udah tau susah kok lahirin anak mulu!!”.
Kata orang ini salah satu penyebab Indo tidak maju-maju, generasi barunya tidak dihambat perkembangannya terus dibiarkan beranak sampai banyak dan akhirnya kesulitan sendiri untuk membimbing anak-anaknya sekolah dan jadi pintar. Bandingkan dengan Cina yg sempat melarang anak lebih dari 1. But itu entry blog yg lain. šŸ˜€

Saya melanjutkan pertanyaan saya,
“Ibu kerja selain joki kerja apa bu?”
“Joki aja sih dek.. Dulu sempet jadi pembantu tapi udah berhenti”
Pekerjaannya dulu selain menjadi joki di pagi dan sore hari adalah menjadi asisten rumah tangga, namun semenjak anak terakhirnya ini sudah mulai gede dia kerepotan karena anaknya susah dijaga.
Jadi dia memutuskan untuk berhenti jadi asisten rumah tangga dan fulltime ngejoki.

Anak pertama dan keduanya sudah menikah dan tidak lagi mengurus sang ibu karena sudah mengurusi keluarga mereka masing2.
“Oh lebih ringan dong ya bu?”
“Iya Alhamdulillah”
“Anak2 ibu gak ngasih ibu uang?”
“Gak dek, gpp..Mereka yg penting bisa urus keluarga mereka..” ujarnya sambil tersenyum.
Buat sang ibu tidak diurusi itu tidak masalah yang penting kedua anaknya mampu menghidupi keluarga mereka masing2 dan dia bersyukur sekali.

Dua dari 6 anaknya diangkat anak oleh kakak dari ibu Haryani karena kakaknya tersebut tidak memiliki anak.
“Alhamdullilah kakak saya mau membantu” katanya.

“Suami ibu bekerja?” saya bertanya.
“Ah suami saya sudah meninggal 2 tahun yang lalu” ujarnya sambil tetap tersenyum.

Dan dari sana saya terkejut, seorang ibu yg tua, punya satu anak balita, satu lagi masih SD, tanpa suami. Hidupnya pasti berat.
Dia bercerita, kalau anaknya yg kelima baru masuk 1 smp.
Belum lagi saya bertanya bagaimana bayarnya, dia sudah bercerita lagi.

“Alhamdulillah, rejeki dari Allah, saya bisa aja bayarin sekolahnya. Memang kadang musti nunggak, tapi saya jujur bilang ke sekolahnya kalau saya kerjanya Joki. Jadi kalau lagi hari bagus, sehari dapet 4 kali angkut saya bisa dapet 100 ribu saya buru2 ke sekolah anak saya dan bayarin spp nya..” Ujar ibu Haryani sambil tersenyum senang.
“Untungnya lagi, sekolahnya tidak menahan buku pelajaran. Tapi memang mahal sih, 500 ribu untuk buku pelajaran aja. Trus gak ada tuh pak namanya sekolah gratis, kita disuruh bayar juga uang gedung, 1.5 juta, untungnya lagi rejeki dari Allah selalu ada, saya bisa bayarin.. walaupun akhirnya anak saya ini harus sekolah sore..”

Saya hanya bisa terdiam dan menimpali, “Wah2 gitu ya bu.. mahal ya..”

Ibu Haryani kemudian bercerita tentang satu anak perempuannya yang namanya Intan. “Anak saya yg ini gawat juga, gak mau pacaran, gak mau menikah, katanya mau kuliah dulu dan berkarir supaya bisa menghidupi saya dan adik2nya.”
Intan kata ibu Haryani, saat ini sedang kuliah dibiayai separuh oleh perusahaan tempat dia bekerja.
Kuliahnya jurusan ekonomi, di BINUS! Total biayanya 30 juta kata ibu Intan.

“Mahal ya pak, tapi demi masa depan kata si Intan jadi saya dukung aja..”
Saya mengangguk-angguk saja.

Ibu Haryani berkata Intan punya tekad yg kuat, Intan rela panas2an menjual minuman botol di saat Sea Games kemarin di senayan dan membawa pulang uang yg lumayan untuk kuliahnya.
Intan juga tidak segan-segan jualan kue kering di pasar senen, sambil bekerja juga kemudian lanjut kuliah.

“Kata Intan begini, ‘Cleaning service aja banyak yg berjuang dan sukses, saya mau buktiin ke orang-orang walaupun Ibu saya cuman joki, anaknya juga bisa sukses dan lebih maju dari orang2 lain’. Alhamdulilah ya pak..”

Saya tertegun, tenggorokan saya tercekat mendengar ceritanya tersebut.
Ketabahan Ibu Haryani, semangat dan tekad anaknya Intan untuk merubah nasib menampar saya yang terkadang mengeluh dan berhenti berusaha ketika mendapatkan halangan.

Saya sudah sampai di tujuan, ibu Haryani kemudian turun, saya ucapkan terimakasih berkali-kali kepadanya. Bukan karena dia sudah menemani melewati daerah three in One. Tapi karena berkat ceritanya yang polos, dia sudah mengajarkan dan mengingatkan diri saya bahwa tekad, semangat, iman, keyakinan, keteguhan hati, kesabaran, doa, dan kerja keras tidak akan pernah berujung sia-sia.
Hidup Ibu Haryani berat, hidup anaknya Intan juga berat, tapi mereka melewatkanya tidak dengan mengeluh, tetapi dengan terus bekerja, yakin bahwa perubahan akan datang karena usaha mereka, bahwa perubahan akan terjadi bagi mereka yg percaya dan tidak pernah menyerah.
Dan seberapa pun berat masalah yg harus dihadapi, mereka akan hadapi dengan senyum dan ketabahan…

Sebuah catatan singkat,

Jet Veetlev
29 November 2011


23 Responses to A Small Slap

  1. mantep jet!! begitu juga tamparan yang gue rasain waktu main ke daerah terpencil saat pendakian gunung. orang disana ramah dan hangat terhadap orang asing. sedangkan orang-orang di kota, yang katanya jauh lebih berkualitas malah terlalu banyak curiga, takut , dan minder waktu dihampiri orang asing yang bertanya ke mereka šŸ™‚

    • Gak om… saya kasih uang jasa juga, plus tambahan.. seingat saya 100 ribu.. dia turun sambil mau nangis and cium2 tangan bilang “akhirnya bisa beli beras, pas udah mau abis..”
      šŸ™‚

  2. Dalem, penuh makna. Realita yang sebenarnya kejam. Mesti banyak bersyukur ney. Ibu Haryani yang bener-bener kehidupan sosialnya ya bisa dibilang jauh di bawah saya, masih bisa sebersyukurnya kayak gitu. Salut, bener-bener salut. Terlebih anaknya, Intan.

  3. Unyeng2 itu pusaran rambut Jet, jd pusat tumbuhnya rambut yang memutar itu. Buset, tp kalo ada 5 banyak bener ya?? šŸ˜€
    Thanks for the Small Slap..

Leave a Reply to Vincent Cancel reply