Lex dan Android..

Hari ini libur dulu obrolan cinta-cintaannya, karena saya lagi mau nulis entri bertajuk teknologi. Ini adalah catatan pribadi untuk semua apps favorit saya sekaligus rekomendasi bagi siapapun yang ingin mengikuti jejak saya berkelana di dunia Android. Sekarang saya menggunakan White Galaxy Tab 10.1 dengan rooted Android 4.0.4, White HTC One X dengan Android 4.1.1, dan Black HTC Desire V dengan Android 4.0.4, dan Black Galaxy Note 3 dengan Android 4.4.2. Koneksi internet menggunakan AXIS yang di-tether dari Gtab ke gadgets lainnya, simPATI, dan Bolt 4G. Karena saya ga suka main game dan jarang memainkan musik, penggunaan gadgets difokuskan hanya untuk browsing, social media, dan office works.. makanya cuma Gtab yang di root (itupun terpaksa karena tempo hari ada original software error) dan ga minat upgrade ke Android terbaru. Aplikasi standar yang sudah pasti digunakan adalah: Facebook, Instagram, FoursquareWhatsapp, dsb. Sedangkan untuk aplikasi non-standar yang jadi favorit saya adalah sebagai berikut..

Tweetings (premium). Simply the BEST Android twitter client so far! Saya pencinta teks mungil, kolom kecil minimalis, dan slide gestures.. Tweetings memenuhi ketiga hal itu dengan sempurna. Berikut adalah sejumlah kombinasi kelebihan lainnya yang membuat saya lebih mencintainya: slide to refresh, tampilannya tanpa buttons, upload foto ke TwitPic, push notifications, bisa real time update stream jika terkoneksi ke WiFi (seperti di Desktop TweetDeck), mudah reply sekaligus banyak orang dari tweets yang berbeda, inline image preview, bisa edit-delete-and-repost dengan sekali klik, nge-RT dengan gaya reply sehingga masih bisa track conversation, dan masih banyak lagi! Sekedar histori, Tweetings adalah versi berbayar dari Twidere; saya bertemu Twidere duluan dan jatuh cinta pada pandangan pertama.. jadi ketika beberapa lama kemudian tahu ada Tweetings, udah deh langsung pindah, tergila-gila dan ambil komitmen. Semenjak versi terbaru, Tweetings memberikan fitur transparan background sehingga bisa tembus keliatan wallpaper henpon. Seksi banget dan berasa makin ringan!

Twicca (free). Ini adalah twitter client terfavorit untuk waktu yang sangat lama sebelum saya ketemu Tweetings. Saya udah nyoba nyaris semua Android twitter clients seperti Tweetcaster, Plume, Seesmic, Hootsuite, Tweetdeck, Scope, Echofon, Ubersocial, Boid, Tweetlanes, Tweedle, TwitRocker2, dan beberapa lainnya.. tapi pilihan jatuh ke Twicca karena interface dan navigasinya sangat mengingatkan saya masa-masa bermain Twitter pertama kali dulu via Gravity (which for me is THE BEST symbian twitter client!) di Nokia E72 saya. Ketika akhirnya saya berpindah dari Twicca ke Tweetings itu pun karena tampilan mereka mirip dengan Gravity. Orang bilang cinta pertama sulit terlupa, ya sepertinya inilah yang terjadi antara saya dan Twicca. Nah apa yang bikin saya move-on dari Twicca sebenarnya simpel aja: karena Twicca ga bisa slide to refresh.. alias perlu pencet tombol. Fungsi slide to refresh itu sangat seksi menyegarkan, jadi mau tidak mau saya beralih ke Tweetings. Tapi sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan, saya tetap membiarkan Twicca installed di ketiga gadgets.

ProCapture (free). Ini adalah photo app yang saya gunakan di HTC Desire V karena ada banyak camera settings (focus modes, scene modes, burst/wideshot/panorama, exposures, histograms, dsb) yang bisa dikutak-katik sesuai kebutuhan dan hanya mengkonsumsi RAM yang kecil. Tapi pertimbangan utama saya yang memenangkan ProCapture adalah kemampuannya untuk menangkap fokus makro alias foto jarak dekat. Seperti kamu bisa lihat di akun TwitPic dan Instagram saya, bermain fokus serta depth of field adalah hobi saya.. dan menurut saya ProCapture lebih cerdas dan cekatan secara umum dibanding segudang photo apps lainnya.

Camera FV-5 (premium). Ini adalah photo app yang menurut saya seimbang kekuatannya dengan ProCapture. Apapun yang dimiliki ProCapture, ada di Camera FV-5.. malah kustomisasi ala DSLR di Camera FV-5 agak lebih unggul. Mungkin cuma perasaan saya saja, tapi kemampuannya memproses fokus makro-nya pun beberapa kali terbukti lebih memuaskan daripada ProCapture. Saya hanya menggunakan Camera FV-5 di di Gtab karena operasionalnya butuh RAM besar yang bisa bikin lag di HTC Desire V. Satu lagi yang bikin saya sangat menyukai Camera FV-5 dan ProCapture adalah tidak adanya filters warna/efek apapun yang terkandung dalam aplikasinya. Mereka sangat simpel dan dewasa.. tidak seperti Camera360 dan segudang aplikasi foto lainnya yang tampil kekanak-kanakan dengan berbagai filters noraknya. Sekedar catatan, HTC One X saya tidak menggunakan aplikasi foto apapun karena hasil dari aplikasi internalnya sudah sangat bagus, tajam, dan memuaskan dibandingkan Camera FV-5 maupun ProCapture; entah kenapa, mungkin faktor hardware.

Snapseed (free). This is hands down the best of the best of the bestest modern photo editing apps! Saya pertama kali tahu aplikasi ini dulu sewaktu melihat di iPhone dan langsung horni melihat keseksian pengoperasiannya. Kalaupun ada satu hal yang bikin saya ingin memiliki iPhone/iPad, maka hal itu adalah aplikasi Snapseed yang pada saat itu memang cuma tersedia  di iOS. Ketika Desember 2012 akhirnya Snapseed secara resmi menyetubuhi Android, saya pun melompat bahagia dan memberkati mereka. Apa yang membuat Snapseed begitu seksi dan mengalahkan photo editors lainnya? Slide/gesture control! Tampilannya super minimalis dengan menu yang melayang muncul teraktivasikan sesuai dengan geseran jari. Jika di aplikasi lainnya photo editing adalah sebuah pekerjaan kasar yang ketak-ketik pukul sana-sini seperti menebang pohon, di Snapseed photo editing menjadi sebuah tarian jari yang seksi erotis seperti melukis gelombang puisi di permukaan air. Photo editors lain begitu haus dengan pencetan, Snapseed begitu halus dengan perasaan. Satu hal yang lebih membuat saya begitu orgasmik adalah Snapseed memberikan efek optimasi secara sentuhan hangat dan terkustomisasi pribadi, sementara photo editors lainnya sibuk memberikan efek optimasi secara massal lewat topeng-topeng filters noraknya. Snapseed tidak sepenuhnya menghilangkan filters, tapi hanya memberikan tiga jenis saja yang penggunaannya pun bisa dimodifikasi sesuka hati. Tiga tools favorit saya yang jarang tersedia (boro-boro memuaskan!) di apps lain adalah Selective Adjust, Center Focus, dan Tilt-Shift. Dan terakhir, setelah editing selesai, file output yang dihasilkan juga tetap berukuran besar, tidak dikompresi ataupun berubah dimensinya. Perfecto! Lalu ada banyak yang bilang semua kustomisasi Snapseed sudah lama bisa dilakukan oleh PicSay, tapi tampilan PicSay terasa begitu prehistorik, kasar, dan menyakitkan mata.. saya tidak rela keindahan foto saya digrepe-grepe oleh para mas-mas tukang di studio PicSay.

Meitu Xiu Xiu (free). Ini adalah photo editor terfavorit yang saya gunakan di era sebelum Snapseed masuk ke Android. Alasannya adalah setiap tools dan filters nya bisa di-slide sesuai selera, bukan sekedar on-off seperti di apps lain. Selain basic editing tools, Meitu juga bisa memasukkan teks, mengatur fokus circular ataupun tilt-shift, melakukan facial retouching, serta menciptakan multiple photo collage. Dahulu efek-efek tersebut baru bisa didapatkan jika memakai 2-3 apps yang berbeda, tapi Meitu bisa menyatukannya dalam sebuah aplikasi yang sangat nyaman.. itulah revolusi yang dilakukan Meitu.

PicShop (premium). Ketika pertama kali menggunakan Android, jauh sebelum saya menggunakan Meitu, PicShop adalah photo editor terbaik. Sampai sekarang pun  saya masih memilikinya untuk jaga-jaga seandainya saya lagi ingin bermain norak dengan ratusan filters yang dimilikinya. Aplikasi ini juga yang saya gunakan setiap kali perlu memasukkan teks dan corat-coret foto. Kenapa suka PicShop? Karena saya senang software-nya selalu sopan meminta ijin bertanya apakah saya mau menyimpan foto dalam ukuran ekstra besar, besar, sedang, atau kecil. Lex mungkin seorang provokator dan radikal bebas, tapi masih sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan kesopansantunan.. apalagi karena dilakukan oleh sistem aplikasi yang sebenarnya tidak mengenal moralitas. 😉

Tube Mate (free). Saya paling benci jika harus menunggu streaming vids, jadi bagi saya jauh lebih baik donlot aja semuanya (sekalipun mungkin nanti kesel sendiri karena ternyata isi videonya ‘cuma gitu aja’ ataupun jelek). Nah sejauh ini saya sulit sekali nemu Android apps yang bisa donlot video Youtube karena policy terbaru mereka. Tube Mate adalah satu-satunya aplikasi yang selama ini selalu bisa jalan tanpa kesulitan apapun. Untungnya, navigasi juga mudah.. cuma klik dua kali, sudah beres! Misalnya untuk menikmati keindahan si cabbi Park Bom di sini, jelas kamu harus donlot supaya bisa replay berkali-kali. 😀

EasyRSS (free). Untuk memuaskan nafsu membaca setiap harinya, saya pakai EasyRSS di HTC One X dan HTC Desire V yang terkoneksi dengan Google Reader. Alasannya adalah tampilan minim tanpa gambar-gambar, text area lebar jadi enak bacanya, slide control, waktu loading cepat, dan konsumsi RAM kecil. Saya sudah mencoba banyak RSS readers lainnya, tapi cuma EasyRSS yang paling elegan untuk smartphones.

gReader Pro (premium). Nah kalau untuk di tablet, saya mengkonsumsi Google Reader lewat gReader Pro yang lebih leluasa bernavigasi karena tampilannya punya dua panel (folders dan contents) ala windows explorer. Kelebihan gReader Pro adalah bisa menambahkan feeds baru, mengatur tampilan gambar-gambar, dan menggunakan internal browser sehingga tidak perlu buka browser secara terpisah dan menghabiskan RAM lagi.

Zite (free). Untuk menambah bacaan selain Google Reader feeds, saya pakai Zite yang menampilkan artikel sesuai dengan bidang yang saya sukai dan secara cerdas mencarikan materi sejenis berdasarkan pemakaian sebelumnya. Sudah ada banyak apps yang menawarkan layanan konten seperti ini -mis. Flipboard, Google Currents, Pulse News, dsb- tapi mereka semua sepertinya lebih pamer visualisasi ala majalah.. sementara saya lebih suka melihat minimalis judulnya saja dan barulah klik melihat gambar jika sudah memilih judul yang diinginkan. Zite simpel dan menyenangkan, kelemahannya cuma satu: waktu loading/refreshing agak lama.. tapi entah kenapa saya yakin isu itu akan segera diperbaiki.

OverSkreen (premium). Gadgets akan jadi lebih fungsional jika dengannya kita bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus, itulah terobosan multi-window yang dilakukan oleh Samsung Galaxy Note. Sayangnya gadget saya adalah Galaxy Tab yang belum memiliki spesifikasi demikian. Jadi untuk mengakalinya, saya menggunakan OverSkreen, sebuah floating-browser yang bisa dibuka melayang dan berbarengan dengan aplikasi-aplikasi lain seperti Tweetings, Youtube, chatting, dsb. Misalnya ketika tempo hari harus mewawancarai Dennis Adishwara dan Daniel Mananta, di layar tablet saya terlihat tiga buah windows OverSkreen (satu berisi Wikipedia mereka, satu berisi halaman bisnis mereka, satu lagi halaman berita mereka), Floating Notes, dan voice recorder yang berjalan berbarengan. Canggih.. 😀 OverSkreen benar-benar sangat menyenangkan karena bisa digeser kemana-mana, resize seenak jidat dan konten web menyesuaikan diri otomatis, bisa buka multiple tabs, bisa buka multiple windows, bahkan support web desktop version, private tabs dan syncing ke online bookmarks. Jadi untuk kamu yang sudah dewasa dalam menggunakan tablet, OverSkreen adalah aplikasi wajib. Sekarang ini perkembangan OverSkreen masih agak lambat, tapi ini aja udah bagus banget kok.. jadi sabarlah kalau kadang (jarang banget) terjadi crash.

Juice Defender Ultimate (premium). Entah sugesti atau tidak, pokoknya saya benar-benar merasakan perpanjangan durasi baterai setelah menggunakan Juice Defender Ultimate. Sebagian besar aplikasi ini membantu penghematan energi ketika gadgets sedang tidak dipakai, dan sisanya adalah penghematan saat dipakai (seperti mematikan WiFi, auto-sync, mobile data, dsb). Memang agak perlu waktu (dan keberanian) untuk memahami serta mengutak-atik semua settings sesuai kebutuhan, tapi saya merasa sangat diuntungkan olehnya dan merekomendasikan pada semua pengguna Android gadgets.

Network Monitor Mini (free). Entah kenapa kalau lagi akses internet saya merasa lebih nyaman tidak galau jika bisa melihat kecepatan koneksi yang sedang berjalan. Oleh sebab itu saya selalu menyertakan semacam speed monitor di setiap gadgets saya, termasuk di notebook/desktop. Nah dari sekian banyak apps sejenis, saya menetapkan pilihan ke Network Monitor Mini karena ukurannya yang benar-benar mini, bisa transparan, dan simpel ga pake fungsi lain-lainnya.

SquareIt (free). Ini aplikasi sederhana bagi fans Instagram pengen publish fotonya dengan ukuran yang tidak bujursangkar standar. Pekerjaan sesimpel ini, tapi mesti pake aplikasi yang berbeda.. shame on you Instagram for not allowing this natively in your own app! Layanan EyeEm bebas tanpa batasan ukuran sih, tapi saya sudah agak malas pindah ke socmed baru makanya bertahan dengan SquareIt deh. Sekian daftar aplikasi favorit dan wajib yang saat ini saya gunakan setiap harinya. Masih ada beberapa yang belum saya masukkan, jadi jelas daftar ini akan berubah dan bertambah seiring waktu. Kamu punya rekomendasi aplikasi lain? Silakan beritahu di kolom komentar dan akan segera saya update di entri ini jika sudah menjadi aplikasi harian saya.

Feedly (free). Ya saya sudah menuliskan beberapa RSS reader di atas, tapi khusus untuk Galaxy Note 3 saya menggunakan Feedly. Dengan monitor dan RAM yang besar, saya bisa lebih leluasa menggunakan aplikasi yang maksimal. Jadi walaupun saya tidak menyukai reader dengan tampilan majalah (seperti Flipboard) yang menurut saya boros space dan boros bandwidth, tapi saya juga tidak suka melihat jejeran daftar judul artikel saja tanpa ada gambar (seperti EasyRSS). Jadi Feedly merupakan kombinasi sempurna dan jauh lebih baik dari Google Reader ataupun aplikasi lainnya.

Pixlr Express (free). Ini adalah photo app yang menurut saya adalah partner terbaik Snapseed. Mereka masing-masing punya fungsi yang berbeda, dalam hal ini saya menggunakan Pixlr untuk memasukkan gambar ke dalam gambar, menaruh watermark, dan menulis teks untuk keperluan membuat quotes dan meme. Kemampuan healing brush-nya juga cukup berguna untuk membersihkan fragmen-fragmen kecil yang tidak diinginkan. Fitur photo collage-nya juga sangat bagus karena bisa menumpuk foto jadi ukuran kustom (tidak sekedar mengikuti preset size) serta menjaga ketajaman kualitas gambarnya, itu adalah dua hal yang jarang dilakukan oleh photo collage apps lainnya. Saya menganggap Pixlr sebagai The Mobile Photoshop, bahkan lebih tepat guna dibandingkan aplikasi Adobe Photoshop Express yang sebenarnya.

After Focus Pro (premium). Buat kamu yang sering melihat twitpic atau instagram saya,  dan melihat banyak foto dengan depth of field-nya seperti hasil jepretan kamera DSLR, aplikasi After Focus Pro ini adalah rahasia saya. Saya sudah banyak mencoba aplikasi sejenis, tapi tidak ada satupun yang bisa memberikan kemudahan sekaligus keindahan menggunakan After Focus. Ya kamu akan butuh waktu untuk menguasainya, tapi setelah beberapa lama kamu akan sangat cepat sekali memodifikasi fokus dan jadi keranjingan untuk meng-edit hampir semua foto kamu walaupun sebenarnya tidak perlu.  Ada versi free-nya, tapi sangat buruk karena kualitasnya jadi rendah sekali ketika menyimpan file. Walau sudah satu tahun lebih tidak ada update, After Focus Pro tetap aplikasi yang super worth it untuk dibeli. Go play around with it and be addicted! 🙂

Switchr Pro (premium). Aplikasi paling gress yang sangat sangat sangat sangat sangat sangat mempermudah dan memperseksi navigasi smartphone. Yep kayaknya lebay sih, tapi kalau kamu sudah terbiasa pakai pasti akan merasa setuju dengan itu. Sebelumnya saya coba beberapa smart shortcut/lockscreen apps (seperti Aviate, Cover, dan 9 Cards) yang memberikan fungsi sejenis, yaitu mempermudah akses dan pindah aplikasi, tapi semuanya fail dan overly-hyped. Switchr sebenarnya tidak termasuk smart, tapi dia malah bisa memberikan kekeluasaan dan sensualitas yang tidak bisa diberikan smarter apps. Saya pakai arc style yang enak banget bisa muncul sebagai lingkaran mungil untuk pilih mau pindah ke aplikasi lainnya. Switchr serupa dengan floating nipple di iOS,  tapi jauh lebih seksi karena dia tidak muncul sepanjang waktu merusak mata: cuma muncul lembut ketika di-slide dari area pilihan. Saya sebutnya clit, karena baru muncul setelah dielus. 😀

Salam revolusi,
Lex dePraxis  Twitter  Facebook

11 Responses to Lex dan Android..

  1. Lex,, Rekomendasi Favorite saya..

    Maxthon browser

    Kemampuan untuk Sync Account, Bookmarks dan cLoud Push Link ke account kita berbagai device/PC .. terdapat juga versi PC..

  2. Langsung donlot ProCapture. Hehe..
    Saya juga sudah pakai TubeMate. Dan emang itu aplikasi recommended banget buat donlot video di youtube. Malah sekarang lebih sering donlot dari hp daripada dari laptop. Cuma dulu nyarinya agak susah emang… Baca2 referensi dulu baru deh bisa nemu itu aplikasi. Kalo nyari sendiri di playstore gak nemu yang pas.

    Thanks infonya yahh.. berguna banget nih buat sesama pengguna android 🙂

Leave a Reply