Semua sudah masuk dan tidur di kamarnya masing-masing semenjak dua jam yang lalu. Tinggal gue sendiri yang berada di luar, duduk di patio ditemani keriap suara binatang melata di rumput, pohon, ranting, permukaan kolam, tepi aspal, entah lagi pada ngobrolin apa. Kalo aja gue ngerti bahasa binatang, mungkin gue bisa join and ngobrol sama mereka sampe matahari terbit. Ya, pasti menyenangkan jika bisa tau gosip-gosip panas di dunia perbinatangan.
Satu-satunya yang bisa gue ajak ngobrol adalah kepala gue sendiri yang lagi panik memperhatikan keadaan sekitar, menghitung mundur berapa menit lagi sang serangan akan muncul. Ketika pertama kali muncul satu jam yang lalu, dia benar-benar mengejutkan. Gue udah sering ke daerah Puncak untuk urusan retreat, but baru kali ini ketemu sama hawa dingin setajam itu.
Yup, yang gue maksud adalah serangan hawa udara dingin yang menusuk sampai ke tulang dan sendi, mencengkeram setiap otot dengan kuku-kuku yang tajam tipis, lalu memuntirnya sesuka hati selama lima menit seiring nyanyian kertak gigi dan rahang yang kaku. Ini adalah siksaan fisik terparah, mengingat agen pelakunya adalah UDARA yang terlihat sama sekali tidak berbahaya.