When life sucks…

Dulu waktu masih usia SD yang lagi bandel-bandelnya as in pulang sekolah langsung kabur untuk adu main Tamiya ala Dash Yonkuro di mall biasanya pasang track super gede, ortu rajin kasih ngamuk dan petuah, “Kamu kok ngelawan terus sih? Belajar dulu sampe pinter dan dapet nilai bagus, kamu masih anak kecil, nanti kalo udah SMP baru boleh deh Mama bebasin karena udah gede.”

Setelah masuk SMP, suara mereka berbunyi “Mau berapa kali lagi dibilangin kalau kamu pulang sekolah harus pulang dulu ke rumah?! Atau minimal telpon, minta ijin kalau kamu mau pergi berenang sama temen. Kamu tuh masih anak Mama Papa, jadi masih anak kecil yang sekolah aja pake celana pendek, belum bisa seenaknya aja ambil keputusan sendiri!”

Beberapa lama kemudian di SMA yang notebene pakai celana panjang, nada dan pesan yang sama masih terulang, “Kamu ngapain sih setiap minggu bisa sampai empat kali ngurusin acara komsel dan pelayanan? Kursus pelajaran aja biasanya cuma maksimum seminggu dua kali. Jangan yang aneh-aneh deh, belum saatnya kamu untuk sibuk hal-hal seperti itu. Nanti kalau sudah kuliah, sudah bisa Mama Papa anggap orang dewasa, terserah kamu deh mau jadi apa dan ngabisin waktu ngapain aja.”

Ketika lagi menikmati tahun-tahun kebebasan dalam dunia pelajar-tingkat-tinggi alias mahasiswa, petantang-petenteng jalan merasa pintar karena cuman perlu bawa file binder note and bolpen, fesyen serba warna hitam plus rambut panjang hasil smoothing ala Mei Zuo (Meteor Garden), sibuk dengan aktifitas freelancing, suara mereka tetap berkumandang, “Jangan kamu pikir karena sudah kuliah kamu bisa bebas lepas ya, oh itu salah sama sekali. Kamu boleh merasa pintar, tapi kamu masih jauh anak kecil di mata Mama Papa, kami sudah makan asam garam. Selesaikan tanggung jawab kamu sebagai mahasiswa, belum saatnya bekerja karena kamu belum cukup dewasa dan masih perlu dengar nasihat kami sampai kamu lulus kuliah nanti.”

Setelah lulus kuliah beberapa bulan, sibuk dengan kerjaan amburadul sana-sini dan potongan rambut makin gondrong yang bergeser ke arah Dhani (Dewa) karena males perawatan, kedua patron keluarga itu tidak pernah menyerah, “Kamu ngapain sih sepanjang minggu urusin band, sulap, bikin EO dan komunitas internet itu? Itu ngga ada masa depannya, dengerin aja deh apa kata Mama Papa. Kami kan pernah muda, jadi dulu kami tuh pernah ngalamin masa itu juga, jadi kami tahu persis itu ngga bakalan kasih hasil yang bagus. Kamu masih kecil, tau? Jadi dengerin aja apa yang kami bilang dan turutin, jangan ngebantah seolah-olah udah bisa diperlakukan sebagai orang dewasa.”

Hari ini, bertahun-tahun kemudian setelah titik yang terakhir di atas, gue masih terus mendengar pesan-pesan yang sama. Hanya penyampaiannya saja yang berubah, dari bentuk marah dan omelan jadi petuah dan peringatan. Rasanya sedih dan capek untuk terus diperlakukan begitu, tapi gue bisa terlepas dari rasa pahit dan dendam karena gue udah buang jauh-jauh harapan bahwa hal itu akan berhenti.

Tidak peduli seberapa besar progress dan prestasi yang gue buat, gue akan selalu diperlakukan sebagaimana mereka memperlakukan gue seperti anak ingusan. Kita tidak akan pernah benar-benar jadi dewasa di mata orangtua kita. Jadi jika masih ada di antara pembaca blog ini yang berharap hal itu bisa terjadi dalam hidupnya, lupakan saja, Sobat, karena realita tidak seindah itu. Semakin kita berusaha menyangkal realita dan berharap hal-hal yang ideal, semakin kita akan terluka, lelah dan beresiko putus asa.

Gue dan semua orang lain akan selalu jadi anak kemarin sore di hadapan mereka, tidak peduli kita berbuat baik atau berbuat jahat. Keempat bola mata mereka akan selalu mengintai, menilai, merekam kesalahan dan kebodohan-kebodohan kita. Kita tidak akan pernah mendapatkan pengakuan dan validasi sebesar yang kita harapkan dari kedua orangtua kita, tidak peduli seberapa besar mereka mencintai kita.

Kenyataannya adalah.. sikap buruk itu dilakukan karena mereka terlalu mencintai anak-anaknya dengan sempurna. Justru kesempurnaan itu yang memaksa mereka untuk berlaku dengan, seolah-olah, tidak sempurna.

Mereka harus terus menganggap anaknya, tidak peduli usia sedewasa apapun, sebagai anak kecil agar mereka terus bisa melindungi dari bahaya. Mereka tidak ingin melihat kita terluka. Mereka tidak ingin kita melakukan kesalahan yang sama dengan apa yang pernah mereka lakukan dahulu. Mereka tidak pernah bisa sepenuhnya membebaskan kita karena ada begitu banyak bahaya yang siap menanti di luar sana. Demikianlah timbul seluruh rentetan aksi mengekang dan tidak pernah menganggap anaknya dewasa.

Realita tidak pernah indah dan manis layaknya ajaran buku gula-gula motivasi pengembangan diri seperti The Sampah Secret dan sejenisnya yang semakin banyak bertebaran di Gramedia. Justru sebaliknya, realita memiliki taring siap mengigit siapa saja, setiap saat jika kita tidak gagal membuka mata lebar-lebar.

Tapi tentu realita tentu tidak hanya mengigit kita, melainkan para orangtua juga. Mereka akan terus dihadapkan pada kenyataan bahwa anak-anak tidak akan pernah menjadi sama seperti harapan mereka. Mereka akan terus berbenturan dengan kenyataan bahwa suatu saat anak-anak akan berhasil dengan caranya sendiri, bahkan melanggar panduan-panduan yang diberikan. Mereka akan mengelus dada saat mengakui bahwa mereka tidak dapat lagi mengerti jaman, merasa tergopoh-gopoh dan terasing, dan akhirnya ditinggalkan oleh anak-anak yang mereka sayangi.

Sucks, I know, but it’s the reality and it is full of paradox. It will try to fuck you all the time from all possible angles. But only by facing it, you can grow sharper, stronger, faster, bigger, and always better than before. Life is supposed to be hard and difficult, that’s how we transform and earn values! Remember that what does not kill you only makes you stronger. You can try to run and deny it by living an a ideal perfect world, you’ll pay for much worse consequences later on.

Tempo hari gue berpapasan dengan dua belas bocah usia SMP di Senayan City. Mereka berjalan keliling mall dengan sepatu high heels koleksi Christian Louboutin, gucci handbags di tangan kiri, handphone Vertu di genggaman kanan serta kerincingan asesoris platina di pergelangan, rambut megar salonan dan make-up gincu super menor, semua berkat dedikasi orangtua mereka yang mendidik anaknya sedari usia sangat dini menjadi pecun sosialita dengan kemanjaan fasilitas, akses glamor, dan kemewahan (baca: kepalsuan) hidup lainnya.

Gue sangat berterima kasih sama orangtua gue yang telah memberikan cinta yang begitu sempurna hingga terlihat kebalikannya. Terima kasih atas semua larangan, bentakan, hinaan, omelan, dan hukuman yang kalian berikan sewaktu gue masih kecil dahulu. Terima kasih atas semua hal-hal yang tidak kalian belikan sekalipun gue ngambek, merengek-rengek bergulingan jadi pusat perhatian yang memalukan ketika berjalan di tempat publik. Terima kasih atas pukulan, tamparan, kekecewaan, dusta, dan minimnya validasi yang kalian lakukan di sepanjang hidup gue.

Seandainya hal-hal itu tidak terjadi, gue ngga akan bisa berdiri dengan kokoh, berjalan sendiri hingga sampai di tempat ini, hari ini. Berkat seluruh ‘kekejaman yang mewah’ itu, gue bisa terhindar dari nasib menghabiskan hidup sebagai pecun, gigolo, lintah sosialita penghisap darah validasi dari dunia di sekelilingnya.

Gue sama sekali ngga merasa kecut karena I chose not to. Yes, to be bitter is a choice. Gue ambil pilihan yang sebaliknya, yaitu merasa beruntung dan sangat berhutang atas tough love yang gue dapetin semenjak kecil dahulu. I miss you a lot, Mom, day and night. Everything I have now is coming from you, so I know that you’re proudly looking out for me from the heavens. Thank you to you too, Dad, for showing me the integrity and the way of the warrior. I love both of you guys so much that I can’t avoid showing exactly the opposite. I’ll always be a spoilt kid in your eyes and I don’t mind at all.

Beberapa hari yang lalu adalah ulang tahun gue. Sama seperti tahun lalu dan seluruh dua puluh lima tahun sebelumnya, tidak pernah ada aktifitas, perayaan, ataupun ekspektasi spesial sama sekali selain ucapan selamat dari lingkaran sahabat yang gue sayangin. I’ve gotten accustomed to and enjoy the simplicity of it. There should be nothing to celebrate upon the day you’re born, cos it was the first day to realize, though sometimes it might hit years later, that reality is actually a bitch. Shit happens? Yes, of course, the reason is because reality sucks.

So, being a little bit older and wiser this year, what’s the best wisdom I can share? Simple. The reality of life is full of paradox and parafucks. So when life sucks, take advantage of it and just cum hard! You should never ever waste a good suck.

Now repeat after me three times: when life sucks, cum!

That’s how you enjoy life, Lex dePraxis’ style… 🙂


92 Responses to When life sucks…

  1. @j.yo

    i bet you couLd name those who are in Junior High even with fuLL permak on their faces (n bodies)..
    it’s not that difficuLt Lah.. 🙂

    And by the way, why are you so ‘in’ to that ‘pecun’ term? :))

    Living a normaL Life, i guess none wiLL do.
    even the meaning of normaL is different for every person 🙂

  2. i’m gonna write pretty harsh critiques here if you dont mind me being frank. i am this kinda person and i will say what i think. i don’t mean to make you look bad or whatever though.

    i don’t agree on what you wrote on those junior high kids. yeah, and the usage of the gossip girl picture. you’re judging a book by its cover. so what if they can have what they want and splurge over designer things? do you know how they act at home, what their academical backgrounds are? you dont, do you?
    they live that way, and you can’t expect EVERYONE to live life as normal as you want them to be. the term ‘pecun’ is kinda annoying too. whats wrong with being a socialite anyway? it’s a form of work, if i may say. they live off their popularity. and i see nothing wrong with that!

    and how do you EVEN know that they’re in JUNIOR HIGH SCHOOL despite all those makeups, and hair styling? it’s rather unbelievable.

    most of your writing make sense, most of some i do not agree, but nice blog anyway. thanks for visiting mine.

  3. A very deep article indeed! Saya memang mengalami apa yang Anda tulis di atas, tapi dalam bentuk yang berbeda. Teguran dan kemarahan yang seperti Anda gambarkan jarang sekali saya terima dari ortu saya. Memang di masa-masa SMP iya, tapi setelah SMA dan kemudian kuliah, dunia kerja dan kemudian berumahtangga saya tidak mengalami lagi. Orangtua memposisikan diri sejajar dengan saya dan istri, walaupun memang yang namanya ‘anak’ ya tetep dianggap anak di mata ortu. Terima kasih sudah berbagi artikel yang sangat dalam dan juga sarat makna ini.

  4. thanks for the visit to my blog^^

    buset, pas banget gw baca tulisan ini, dan gw habis memaki habis2an nyokap gw dalam hati gara2 tiba2 marah sama gw kmaren, cuma karena gw mengatakan sesuatu yang menurut dia kasar.

    yeah, gw sering banget berantem sama bokap nyokap karena dianggap belum pantas ini dan itu. biasanya sih gw ngalah, karena sering terbukti, bahwa kedua dewa di rumah gw itu sangat sakti. apa yang mereka prediksi biasanya terjadi, dan gw jadi apes sendiri.

    hhh….this post remind me again, that even I really13x hate them sometimes, deep inside I thank them for making me ME: The whole Georgine…heheheh..^^

  5. Tulisan yg bagus utk dibaca ortu juga anak2, saya bersyukur punya ortu yg bahagia walaupun kami tdk kaya, tp ortu tetap menunjukan kami keluarga yg utuh kami makan bersama, dan berpergiaanpun selalu bersama, sampai skg mama saya tinggal berlainan kota, tp selalu saya ajak jika saya berpergian skg dia senang krn ada cucunya yg bisa bersenda gurau dll, jd penting sikap kebersamaan n tdk melupakan ortu, seperti ortu juga tdk akan melupakan kita.

    Dulu saya sempat marah n malu dgn sikap papa saya terhdp teman2 lelaki saya yg kadang bertamu juga antar jemput jika ada pesta teman sekolah dll, papa sgt keras menerapkan jam pulang dan dgn siapa saya bergaul, papa selalu minta bertemu dgn banyak pertanyaan, maka diledek sebagai petugas sensus penduduk oleh teman2 lelaki saya, Tapi skg saya bersyukur dgn sikapnya itu krn sebagai perempuan saya bisa punya sikap hati2 terhadap pergaulan dgn lelaki.

    Setelah jd ortu saya menerapkan ortu adalah teman curhat, teman berdiskusi bagi anak2 kami dan berusaha menjadi contoh sepasang ortu yg harmonis, kami bersykur sebagai ortu, kami tdk pernah saling mencaci maki jika kami ada perbedaan atau perselisihan, maka kami ajak anak2 sebagai wasit yg mendamaikan n biasa berhasil dgn baik..

    OK salam sukses utk mu!

  6. Lex, saya harus berterima kasih banyak buat kamu. Kalau tak mau disebut cengeng saya beneran menangis membacanya karena artikel kamu mengingatkan saya akan ayah ibu saya yg sudah berpulang ke pencipta-Nya.

    Saya menangis karena saya pun dididik sangat sangat keras oleh kedua orang tua saya. Kadang2 karena kebebasan saya dibatasi tak jarang saya bertengkar hebat dengan ayah saya. Hobbi saya berkemah ke hutan2 semasa SMA bagi dia tak lebih dari buang2 waktu yg tak berguna. Buat saya yg masih muda belia tentu saja larangan itu membuat saya menjadi serba sulit. Memilih antara menjadi anak gaul atau kuper mengikuti aturan keras ayah saya. Tapi justru didikan itulah yg sebenarnya membuat saya menjadi wanita mandiri saat ini.

    Ketika mereka sudah berpulang dan tak ada lagi buat saya, justru saya baru merasakan RINDU YG TERAMAT HEBAT DALAM SEPANJANG HIDUP SAYA. Saya bahkan rindu melihat mereka memarahin saya. Rindu ketika setiap hari telpon dari mereka berdering menanyakan saya dimana? Dulu saya kesal karena seperti anak kecil selalu ditanya kemana saja?

    Saya sering berandai2 seandainya saya dapat memutar waktu kembali, maka saya ingin melakukan apapun yg mereka minta untuk membahagiakan mereka berdua. Tapi semuanya sudah terlambat. Itu sebabnya saya menangis membaca artikel kamu. Untuk semua sahabat yg masih memiliki orang tua, berbahagialah dan luangkan waktumu untuk memberikan yg terbaik buat mereka karena ketika semuanya terlambat, sampai berdarah pun kita menangis tak akan mengembalikan mereka. Maaf panjang lebar membalasnya, artikel kamu aku simpan di blog saya sebagai kenang2an.

    Thanks for your nice article. And keep writing. God bless you.

  7. AHAHAHAHAHHAHAHAHA!!!
    Love this post!!!
    seriousLy!

    banyak yg ngeLuh karna hidup mereka kurang di sana sini..

    Mungkin memang butuh sedikit kejeniusan untuk bisa ngerti kaLo masaLah2 daLem hidup sebenernya cuma haL yg seharusnya dihadapi, bukan diratapi.. =D

    it makes you better after aLL, ryte?
    XD

  8. @new_critical:hahahaha…..gw tau kok hidup loe bner2 suck daripada hidup orang2 di atas,jatuh bangun ngejar cw tapi gak dapet2 akhirnya jadi korban cowo2 gay ckckckck gak nyangka gw kehidupan loe ky gtu….jujur seh gw rada SIMPATI ngeliat kehidupan loe.

    sori men,banci gak sok preman!!!inget itu GOBLOKKKK.

    ketawa-tawa saat ngepost
    fuck_afis

  9. wah payah masa lau kalian semua benar2 suck

    @fuck_afis

    cieeee fuck afis yang preman dan pahlawan atau SOKKKK preman alias banci.
    gw tau loe bakal nyidir gw makanya gw nyindir loe duluan aja

    lebih tajam menyanyat hati,

    critical

  10. Well well my instructor is getting Hpy Bthday. Hpy Bthday bro. Anyway Gua gak begitu setuju anggap The Secret Sampah. En seperti biasa isi artikel lu edan banget sampai bisa masuk kompas. Salut bro

  11. @Afis
    Thx Afis for the advice…
    Pressure masing-masing orang itu berbeda, terkadang u gak akan ngerti bagaimanapun juga pemikiran mereka…
    Memang semua orang yang lagi baca blog ini setidaknya punya uang untuk bayar internet (Entah di rumah atau di Warnet, mungkin juga minjem) lebih beruntung dari mereka yang tidak mampu, tetapi u gak akan pernah ngerti perasaan masing-masing individu… U’ll never know, brother…
    Jujur gw sering ngerasa hidup gw suck abis…
    Tapi gw juga bersyukur banget bisa hidup seperti ini…

    Soe Hok Gie : “Beruntunglah orang-orang yang mati muda…”
    Do U believe what he said? What do U think,huh?

    Anyway…
    Just my opinion…
    Sori kalo ada kalimat yang salah…
    Thx…

  12. @Sins

    Gw setuju sama lo, secara ga langsung orangtua sendiri telah merusak jiwa si anaknya sendiri yang ngerinya mereka tanpa sadar melakukan itu dan bener banget kata lo kalau mereka itu butuh teman yang benar-benar teman. Bukan teman yang sekedar lewat, atau yang mau memanfaatkan mereka karena status atau uang mereka.

    Untungnya gw berteman dari beberapa lingkup sosial, jadi mereka ini lah yang membuat gw bisa sadar kalau dunia itu bukan hanya branded item atau uang.

    Hehe.. Soal orang yang marah sama ‘pecun’ sosialita karena mereka “kurang” begitu mengerti keadaan yang terjadi pada si ‘pecun’ ini, sekali lagi gw bilang bagi orang-orang sekitar kehidupan sosialita itu enak tapi bagi yang ada di dalam lingkup tersebut semuanya palsu.

  13. aduh2 itu cerita di BLog atas pengalamn pribadi salah satu instruktur y (kasian bgt).

    btw kyknya HS sensi bgt ma The Secret.

    hidup itu g akan SUCKs klo kalian pandai-pandai bersyukur.

    Berapa banyak orang g bisa sekolah SMP, SMA, dan masuk perguruan tinggi.

    Berapa banyak mereka harus bekerja mencari uang sambil bersekolah dengan lingkungan yg kejam.

    Bukan mental2 cengeng yang mengandalkan egonya hanya tidak menurut apa kata orang tua..
    Tidak Patuh oleh orang Tua..

    kalian makan tinggal makan, sekolah tinggal berangkat, les tinggal datang, kuliah tinggal belajar,, KArena KALIAN TIDAK BERSUKUR makanya ada anggapan When Life SuckS.

    orang yang tdk akan sukses pabila tdk BERBAKTI kpd ORANGTUA

    sebagai langkah awal biar kalian tahu kalian lebih beruntung dan dpt bersyukur.. baca laskar pelangi atau tonton filmy(filmnya lumayan mengena)

  14. wew keren
    mirip perjalanan hidup gw, cuman sy skrg masi 3/4 jln, soalnx masi kul

    keren euy, masi smp bwh hp vertu gw aja nanti dpt hp setelah sma
    maju trus

  15. waduh sempet terpana ngeliat gbr ce di bagian bawah kanan. Itu nyokapnya siapa ya :mrgreen:

    hehe kalo gue kebetulan sejak kuliah di kota laen pas mshsiwa rada dilepas dan dipercaya. Yah abis gimana lagi wong jauh2xan. Setelah itu uda ga pernah lagi digituin tuh. Paling skali2x aja kalo pas lagi mudik 😀

  16. @siapapun yang mengomeli “pecun” sosialita
    Entah karena rasa iri atau benar – benar merasa terganggu karena tuh “pecun” menghabiskan uang bokapnya.

    Gw merasa sedikit aneh kalo yang disalahkan adalah “pecun” sosialita.
    Pernahkah terpikir untuk memarahi pembuatnya A.K.A OrTu ?

    Apalagi yang bisa mereka berikan untuk meminta validasi atas “existence” mereka selain dengan memamerkan uang ?
    Manusia belajar dari lingkungan dan orang lain dan yang paling banyak biasanya orang tua.
    orang tua mereka menyatakan “existence”nya dengan memberikan uang yang banyak kepada anaknya, dan itu yang akan mereka lakukan untuk menyatakan “existence”-nya kepada lingkungannya..

    What they really need is a FRIEND
    Friend that doesn’t care about their money.

    See you later my Friend.

  17. bener banget mau jadi apa para sosialita itu kalo udah gede, sampah masyarakat yang bisanya hanya menghambur-hamburkan uang untuk validasi dari orang-orang disekelilingnya.

  18. wedeee.. si Lex. heheh *speechless juga*
    i feel you man. hahaha..
    tapi anjret.. tu anak SMP yang lo liat. uda pake VERTU ? mo jadi apa tu.
    tar kalo lifestyle nya tau tau berubah [kalo misal bokap nya bangkrut]
    can she face the new level of lifestyle [baca = nokia 3210] ?
    hehe

  19. Ah gw baru aja kepikiran buat tulisan tentang loving the irony of life. So far, from where I stand, I could see that life is not too bad at all, it’s just you need to have enough experience and knowledge that it is hurtful but beautifully ironic.
    Apalagi orang-orang yang kita sayangi justru mereka akan menyakiti lebih sakit dibanding orang asing, makanya mungkin ada beberapa yang punya fantasi berteman dengan orang asing dan sebenarnya secara fisik tidak akrab itu begitu menyenangkan, bisa jadi karena ide intimasi atau kedekatan dalam bentuk apapun ternyata terlalu menakutkan buat orang-orang yang sudah tau kalo menyayangi orang lain itu begitu menyakitkan.
    So, hati-hati aja bisa jadi apa yang orang tua kita lakukan akan berputar kembali pada kita yang tanpa sadar melakukannya ke orang-orang lain di sekitar.

  20. Hahaha.. Gw baru baca nih tulisan, asli shock!

    Selain Gucci dan Christian Louboutin jangan lupa tambahin operasi plastik plus masukin sekolah kepribadian biar makin keliatan perfect, kalau di foto oleh majalah-majalah fashion buat pamer branded item yang paling terbaru.

    Mereka (orangtua) tidak pernah mendidik anak-anaknya, karena kalau di sekolah para ‘pecun’ sosialita ini di didik oleh guru, dan pembantu atau nanny kalo di rumah. Kemanjaan fasilitas yang lo sebut di atas itu bentuk kasih sayang dari orangtua yang tidak bisa memberikan sedikit waktu untuk anaknya karena mereka terlalu sibuk berkerja mencari uang.

    Gw tau ini semua karena ini yang terjadi di dalam kehidupan gw, kalau semua orang berpikir berada di posisi gw atau menjalani hidup seperti gw enak. Jawabannya tidak samasekali, kenapa? Karena gw tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tua, biarpun itu cuma elusan di kepala. Gw merasa hidup gw kosong, hampa, penuh kepalsuan karena semua orang sibuk mendekati gw untuk menjilat bokap. Haiz.. Life sucks!

    -mantan ‘pecun’ sosialita-

  21. @triant
    berpahit dahulu, bermanis kemudian. Kek jamu yak.. ;)) kidding.. XD

    @fab
    well, menurut dt, orang tua yang begitu mudahnya memberikan keinginan anaknya mungkin termasuk orang-orang yang males berepot-repot membangun hubungan dengan anak mereka. Dan menurut mereka pemberian segala hal itu bakal bisa jadi kompensasi yang cukup atas sedikitnya perhatian yang sebenarnya anak mereka butuhkan. Sedangkan si anak ya jelas seneng-seneng aja.

  22. itulah mengapa gw miris juga knapa anak2 (kecil mpe ABG, SD mpe SMA) bgitu dimudahkan fasilitasnya oleh ortunya!! apakah ortunya nunjukin kasih sayangnya dgn ngebeliin en nurutin smua permintaan anaknya itu?!

    bagi gw, ortu harus tahu mana yg layak or gk, pantas or gk saat menimbang utk nurutin permintaan anaknya.

    CTH:
    1.seorang anak yg masih umur 13 tahun alias masih smp minta k ortunya dbeliin CBR 500 RR.
    mang kgunaannya buat si anak itu apa coba motor gede macam gini??
    apakah prmintaan itu harus dituruti oleh sang ortu??

    alasan2 yg kadang gk masuk akal sering dilontarkan oleh sang anak demi keinginannya tercapai tanpa susah payah ia peroleh..

    sudah adilkah dunia ini??

    ketika gw berhenti di perempatan surabaya jam 10 malam, gw ngelihat nak cwe usia 10 tahun mengemis. yg bikin makin trenyuh, tu anak pas berdiri di pinggir jalan, berdiri sambil tertidur!! mungkin dah kecapekan pagi sekolah, malam harus ngebantu ortunya cari duit. apakah mungkin ni anak minta Nokia edisi terbaru ke ortunya?? gw gk bakal bsa ngebayangin gitu.

    bagi anak yg masih smp, sma, bahkan kuliah.. coba bayangkan gmana kalo kalian yg ada di posisi si anak cwe yg ngemis mpe jam 10 malem tadi?! apakah kalian tega minta sepatu adidas yg terpampang di etalase mall pada ortu kalian?!

    cobalah cari duit sndiri dgn keringat pribadi.. gw yakin kalo kalian bsa beli barang sendiri dgn jerih payah sendiri hasilnya lebih manis daripada hanya merengek n menodong ke ortu..

    cz gw dah ngejalaninya sendiri..

    yg masih jd tentor les privat,
    fab cavalino

  23. I looovvee Louboutin and am going to have a pair one day, definitely!
    I looveee “Gossip Girl” and dreaming of becoming one of the upper east side girls =)

  24. cuma mau menambahkan sedikit :

    ~ kemampuan manusia akan menjadi maximal kalo sedang berada dalam posisi tertekan ~

    ini bisa diilustrasikan sebagai per (kawat gulung berbentuk spiral) yang ditekan akan mental maximal.

    hal yang sama, pada manusia yang notabene punya potensi, semakin ditekan akan mengumpulkan energi potensial yang semakin kuat sehingga sekali dilepas menjadi maximal.

    jangan berkecil hati dgn didikan orangtua yang selalu protektif, yang care, yang ‘menekan’, memarahi, yang perfeksionis…karena dgn begitu kita menjadi ‘tertekan’ sehingga potensi kita bisa KELUAR secara maximal.

    so, i love pressure. we must love pressure.

    semakin ada deadline waktu atau berada dalam tekanan, kemampuan kita akan keluar secara maximal.

    jadi, berpahit-pahit dahulu…bermanis-manis belakangan….
    bersusah-susah dahulu…bersenang-senang kemudian….

    @ Lex
    jia you !!!
    dgn adanya kesusahan dlm hidup, baru kita bisa menghargai dan menikmati betapa indahnya dunia ketika kegembiraan hadir.

  25. Selalu menjadi anak kecil di mata orang tua. Hm, dt feels that too. dt selalu menganggapnya sebagai bentuk perhatian dan rasa sayang walau terkadang sebel juga (masa udah kuliah gini masih ditelpon buat nanyain udah makan apa belum -.-“). Tapi percaya apa engga, dt sekarang malah suka banget saat mama nelpon. Just checking about their little girl doing.

    Dan mungkin nanti, dt bakal mati kangen kalo anak dt ga hubungin emaknya seminggu.. (ngayaldotnet)

  26. hmm di sini terasa suasana agak suram dan bermakna i can feel it hoho

    @lex
    gak hanya the sampah tapi semua buku motivasi , kursus , atau apapun gak bisa merubah orang selama ada gue si mental block hehe.
    loe yang ahli hipnotheraphy pasti tau yang gw maksud

    salam teror,

    mental block

  27. no matter how sucks my life is…

    it doesn’t really matter how sucks your life bro’…

    masih untung gw dikasih idup ma Tuhan!

    masih untung lo smua dikasi nafas ma Tuhan AlMighty…

    ^^

  28. MAkjang, anak SMP bawa Vertu?????

    Doh, gw pas smp cuman punya 3210…

    Btw, emang sih, gw penasara para pecun sosialita itu gedenya mau jadi apa yah???

    They aren’t made to be strong…

    Faulty parents….

    Oh iya, happy belated B’day suhu…

  29. Lex apa yg lo rasakan sama dengan apa yang gw rasakan ketika kecil sampe sma dulu.

    Tapi ketika gw kuliah n lepas dari ortu (lain pulau), gw mulai dipandang sebagai “man” oleh ortu gw, ga lagi jadi “boy”.

    lol

    @tika (muncul lg nih)
    i agree with u, shit happens!
    kya’y nih quote dari film apa gt?
    lupa gw.

    Last but (definitely) not least….
    jolly b’day lex!

  30. Yup ! itulah hidup,kadang sangat memuakan dan menjenuhkan.
    Ketika gw sedang mengalami fase spt ini,biasanya gw coba merenung dan mengevaluasi diri gw,mencoba menganal faktor2 apa saja yg membuat gw sampai melewati titik batas elastis hidup gw,dan sebisa mungkin utk cepat lepas dari kehampaan tsb.
    Motifasi diri adl senjata andalan gw utk bisa keluar dari sana, satu lagi guy’s,tarik nafas loe yg dlm,than melepaskannya secara perlahan-lahan disertai ucapan dan senyuman ala heath ladger ”why so seurious..!”

  31. Happy belated birthday … 😉

    Quote: “Now repeat after me three times: when life sucks, cum!” –> ‘pa maksudnya neh? maklumlah ai gak bisa “cum” 😀 😀 😀

    I don’t know whether life sucks/not, but i only know SHIT HAPPENS.

    😉

Leave a Reply