Tentang Hubungan Romansa Lintas SARA

Di akhir bulan puasa tahun lalu, saya bertemu Dina pertama kali di sebuah mall di Jakarta. Saya lupa mengapa saya berada di sana waktu itu, mungkin untuk bertemu dengan seorang teman atau untuk shopping.. saya benar-benar lupa, tapi yang pasti saya ingat dengan jelas ketika saya melihat Dina untuk pertama kalinya.

Dia sedang berbelanja perlengkapan make-up di sebuah outlet. Saya ingat waktu itu dia mengenakan t-shirt hitam, jeans biru ketat dan sepatu high-heels berwarna hitam yang entah kenapa, terlihat matching sekali dengan rambutnya yang panjang berwarna kecoklatan. Dan seperti memiliki medan magnet yang tidak kelihatan, tubuhnya yang tinggi semampai dengan lekuk yang sempurna secara otomatis menarik perhatian setiap pria yang berpapasan dengannya.. termasuk saya.

Begitu dia selesai berbelanja, tanpa pikir dua kali, saya langsung menghampirinya. Dan bila saya mengingat kejadian itu kembali, it’s just amazing how so many things can start with a simple “Hi..”

Dari dekat dia terlihat lebih cantik, dengan mata yang bulat besar dan bulu mata yang lentik. Saya tidak ingat detil percakapan saya dengannya, tapi selama kira-kira dua menit ngobrol ternyata dia cukup menyenangkan, jadi tentu saja saya bertukar nomer ponsel dengannya.

Dari beberapa kali sms dan ngobrol di telepon saya mengetahui bahwa dia berasal dari Surabaya, berusia 20 tahun, memiliki sense of humor yang bagus, dan sering bepergian keluar kota. Saya menebak pekerjannya adalah pramugari, namun dia selalu mengelak. Dan setelah mengatur jadwal, akhirnya saya dan dia sepakat untuk bertemu dan pergi makan siang beberapa waktu setelah lebaran.

Tebak di mana saya menjemputnya? Di bandara Sukarno-Hatta! Jadi jelas dia tidak bisa mengelak lagi. Dalam perjalanan menuju sebuah café di daerah kota tua, dia bercerita pada saya bahwa sebenarnya dia tidak ingin membohongi saya tentang pekerjaannya, hanya saja dia merasa bahwa image pramugari sudah memiliki konotasi tersendiri di benak pria. Saya bilang kalau anggapannya itu salah. Apalagi saya juga memiliki beberapa orang sahabat wanita yang berprofesi sebagai pramugari. Salah satunya adalah calon istri sahabat terbaik saya.

Ngobrol dengan Dina sangat menyenangkan. Dia adalah seorang wanita yang smart, supel, gak neko-neko, dan yang jarang saya temukan pada wanita lainnya, memiliki prinsip yang kuat. Mungkin itu dikarenakan didikan sang ayah yang memiliki jabatan militer di Angkatan Laut.

Semenjak kencan pertama itu, hubungan kami menjadi lebih dekat dan cukup intens. Hampir setiap malam saya ngobrol dengannya lewat telepon. Dan setiap kali ada kesempatan, kami selalu pergi berdua. Mulai dari menemani dia membeli portable DVD player dan segambreng DVD bajakan, mengisi lagu di I-Pod barunya, atau sekedar makan malam. Saya bahkan pernah diajak bertemu dengan ayahnya yang saat itu kebetulan sedang mampir di markas Angkatan Laut di Tanjung Priuk. Seorang pria sejati, yang hangat, ramah, namun sangat berwibawa.

Terus terang saya sangat menikmati saat-saat bersama dengan Dina dan ingin selalu bersama dengannya, dan Dina pun merasakan hal yang sama. Tapi kisah ini rupanya tidak akan berakhir bahagia.

Entah di pertemuan yang keberapa, saya lupa.. di saat momen itu tiba, saya mencium bibirnya. Dia membalas dengan lembut, lalu memeluk saya dengan erat dan menangis..

“Hey.. kenapa, kok nangis?”, tanya saya.

Air matanya membasahi kemeja saja, dan dia berkata dengan lirih, “Kamu tahu kan, hubungan ini gak akan bisa berlanjut?”

“Ah.. kenapa aku bisa ketemu kamu sih? Kenapa aku bisa pergi ke mall itu waktu itu? Harusnya aku gak usah kasih nomer HP ke kamu..”, sambil terus memeluk saya dengan erat dan berlinangan air mata, Dina mengulang kata-kata itu. Dan hati saya terenyuh mendengarnya.

Dan saya tahu, malam itu adalah akhir dari kisah saya dan Dina. Karena meskipun saya dan dia saling menyukai satu sama lain dan menikmati kebersamaan kami, tapi hubungan ini terhalang oleh sebuah kendala besar yang selama ini selalu kami hindari dan enggan untuk dibahas: perbedaan ras.


127 Responses to Tentang Hubungan Romansa Lintas SARA

  1. saya pernah pacaran beda agama..
    saya muslim, dia hindu
    pdkt selama setaun, kemudian pacaran selama setaun juga..
    sejak dia pulang ke Bali,, tiba2 dia berubah drastis
    dan pada akhirnya ngomong putus karena ngerasa ga bisa ngelanjutin hubungan yang ga ada masa depannya..
    dan dia bilang kekurangan saya cuma satu,,
    saya berbeda keyakinan dengan dia

    jujur saya sediiih sekali
    karena hubungan saya dengan dia sudah jauh..

    ada penyesalan dalam diri saya
    kenapa kita ga bisa memilih, mau jatuh cinta dengan siapa..
    karena cinta bersifat universal..

    ada ketakutan kalo saya akan susah melupakan dia
    karena yang memisahkan kami adalah faktor SARA,,
    bukan perasaan pribadi..

    buat yang sedang menjalani hubungan lintas SARA,
    sebaiknya berfikir ulang,,
    jangan sampai putus di tengah jalan ketika hubungan kalian sudah jauh seperti saya..

    pernikahan lintas SARA memang berat, tapi bukan berarti tidak mungkin..

Leave a Reply