Tentang Hubungan Romansa Lintas SARA

Di akhir bulan puasa tahun lalu, saya bertemu Dina pertama kali di sebuah mall di Jakarta. Saya lupa mengapa saya berada di sana waktu itu, mungkin untuk bertemu dengan seorang teman atau untuk shopping.. saya benar-benar lupa, tapi yang pasti saya ingat dengan jelas ketika saya melihat Dina untuk pertama kalinya.

Dia sedang berbelanja perlengkapan make-up di sebuah outlet. Saya ingat waktu itu dia mengenakan t-shirt hitam, jeans biru ketat dan sepatu high-heels berwarna hitam yang entah kenapa, terlihat matching sekali dengan rambutnya yang panjang berwarna kecoklatan. Dan seperti memiliki medan magnet yang tidak kelihatan, tubuhnya yang tinggi semampai dengan lekuk yang sempurna secara otomatis menarik perhatian setiap pria yang berpapasan dengannya.. termasuk saya.

Begitu dia selesai berbelanja, tanpa pikir dua kali, saya langsung menghampirinya. Dan bila saya mengingat kejadian itu kembali, it’s just amazing how so many things can start with a simple “Hi..”

Dari dekat dia terlihat lebih cantik, dengan mata yang bulat besar dan bulu mata yang lentik. Saya tidak ingat detil percakapan saya dengannya, tapi selama kira-kira dua menit ngobrol ternyata dia cukup menyenangkan, jadi tentu saja saya bertukar nomer ponsel dengannya.

Dari beberapa kali sms dan ngobrol di telepon saya mengetahui bahwa dia berasal dari Surabaya, berusia 20 tahun, memiliki sense of humor yang bagus, dan sering bepergian keluar kota. Saya menebak pekerjannya adalah pramugari, namun dia selalu mengelak. Dan setelah mengatur jadwal, akhirnya saya dan dia sepakat untuk bertemu dan pergi makan siang beberapa waktu setelah lebaran.

Tebak di mana saya menjemputnya? Di bandara Sukarno-Hatta! Jadi jelas dia tidak bisa mengelak lagi. Dalam perjalanan menuju sebuah café di daerah kota tua, dia bercerita pada saya bahwa sebenarnya dia tidak ingin membohongi saya tentang pekerjaannya, hanya saja dia merasa bahwa image pramugari sudah memiliki konotasi tersendiri di benak pria. Saya bilang kalau anggapannya itu salah. Apalagi saya juga memiliki beberapa orang sahabat wanita yang berprofesi sebagai pramugari. Salah satunya adalah calon istri sahabat terbaik saya.

Ngobrol dengan Dina sangat menyenangkan. Dia adalah seorang wanita yang smart, supel, gak neko-neko, dan yang jarang saya temukan pada wanita lainnya, memiliki prinsip yang kuat. Mungkin itu dikarenakan didikan sang ayah yang memiliki jabatan militer di Angkatan Laut.

Semenjak kencan pertama itu, hubungan kami menjadi lebih dekat dan cukup intens. Hampir setiap malam saya ngobrol dengannya lewat telepon. Dan setiap kali ada kesempatan, kami selalu pergi berdua. Mulai dari menemani dia membeli portable DVD player dan segambreng DVD bajakan, mengisi lagu di I-Pod barunya, atau sekedar makan malam. Saya bahkan pernah diajak bertemu dengan ayahnya yang saat itu kebetulan sedang mampir di markas Angkatan Laut di Tanjung Priuk. Seorang pria sejati, yang hangat, ramah, namun sangat berwibawa.

Terus terang saya sangat menikmati saat-saat bersama dengan Dina dan ingin selalu bersama dengannya, dan Dina pun merasakan hal yang sama. Tapi kisah ini rupanya tidak akan berakhir bahagia.

Entah di pertemuan yang keberapa, saya lupa.. di saat momen itu tiba, saya mencium bibirnya. Dia membalas dengan lembut, lalu memeluk saya dengan erat dan menangis..

“Hey.. kenapa, kok nangis?”, tanya saya.

Air matanya membasahi kemeja saja, dan dia berkata dengan lirih, “Kamu tahu kan, hubungan ini gak akan bisa berlanjut?”

“Ah.. kenapa aku bisa ketemu kamu sih? Kenapa aku bisa pergi ke mall itu waktu itu? Harusnya aku gak usah kasih nomer HP ke kamu..”, sambil terus memeluk saya dengan erat dan berlinangan air mata, Dina mengulang kata-kata itu. Dan hati saya terenyuh mendengarnya.

Dan saya tahu, malam itu adalah akhir dari kisah saya dan Dina. Karena meskipun saya dan dia saling menyukai satu sama lain dan menikmati kebersamaan kami, tapi hubungan ini terhalang oleh sebuah kendala besar yang selama ini selalu kami hindari dan enggan untuk dibahas: perbedaan ras.


127 Responses to Tentang Hubungan Romansa Lintas SARA

  1. Pingback: Hubungan Romansa Lintas SARA | Kei Savourie - Think Again

  2. mau nangis baca tulisan kei,

    ada dua kasus nyata di kehidupan gue, satu abang sepupu gue yang indonesia cerai dengan istrinya yang chinese.

    tapi ada om gue, dia menikah dengan chinese dan punya anak hingga 28 thn pernikahan sampai sekarang…

  3. Bro Kei, masih berasa kompleks dengan romansa SARA, kalo seandainya gue coba kedepankan prinsip-prinsip toleransi di kehidupan romansa?

    Gue punya 2 cerita.

    Yang pertama,
    Dulu gue pernah HTS dengan CICA, temen kampus gue (sebut aja namanya Vina). Hubungan makin intens sampai akhirnya Vina rela “diapa2in”. Vina memilih rela “diapa-apain”, dan gue hargai itu pilihan dia untuk meraih kebahagiaan. Tapi gue memilih untuk engga “apa-apain” dia. Karena satu alasan, yaitu toleransi.

    Kenapa toleransi? Gini. Gue Muslim dan dia chinese Catholic. Di Islam strictly forbidden melakukan sex before married. Dan ternyata dia bilang ke gue kalo Catholic pun demikian. Cukup tersiksa nahan diri buat ngga lakuin hubungan yang terlalu jauh memang. Tapi lama kelamaan gue ngerasain kebahagiaan tersendiri yang tiada duanya.

    Yang kedua,
    Sehari yang lalu gue ultah, dan gue order pizza buat temen-temen gue satu kantor. Gue pesen dua jenis pizza, satu vege, satu lagi beef. Karena gue tau buat yang agama Budha ngga makan daging untuk waktu-waktu tertentu. Dan yesss, mereka yang Budhist nyari yang vege, dan bahkan ada satu CICA yang nanya langsung ke gue “ada yang bukan daging ngga?”. Buru-buru deh gue cari ke tiap lantai pizza-pizza yang vege, untung masih ada. O iya, kantor gue perusahaan IT yang komposisi chinese dan pribumi berjumlah 50-50. Ini indah. Ini toleransi. Ini bikin kita bahagia.

    Bro Kei, tentang toleransi. Bukankah indah jika kita saling mengetahui ajaran agama lain. Bukan untuk dianut. Atau untuk pindah agama. Tapi untuk dihargai, diberikan support dan difasilitasi mereka buat menjalankan nilai-nilai dan aturan-aturan agamanya.

    Begitu juga dengan romansa SARA. Bukankah indah jika kita memilih meninggalkan orang yang terlanjur kita hit, demi yang namanya toleransi? Mana yang lebih baik, meraih kebahagiaan sementara orang tua (Yang bagi mereka udah harga mati mengharuskan Chinese dengan Chinese dan Muslim dengan Muslimah) menjerit-jerit tidak setuju? atau membantu orang yang kita hit untuk tidak melanjutkan hubungan terlalu jauh karena saling membantu masing-masing dalam menjalankan aturan agamanya? Ini sangat indah tiada duanya bro… Dan semuanya akan ngerasa bahagia. So, dalam hal ini Dina ngelakuin keputusan yang benar buat pergi ngga ngelanjutin hubungan, selanjutnya ngga perlu bingung.

    Terlebih lagi, prinsip toleransi lebih “kena” dengan Pancasila sila ke1, juga lebih melihat kenyataan ke-bineka tunggal ika-an kita makanya kita saling memahami dan bertindak pro aktif satu sama lain.

    Trust me, Bro. selain di romansa SARA, prinsip seperti ini sangat kuat untuk perdamaian jangka panjang juga ampuh diterapkan buat bangsa ini yang memang lagi masuk masa-masa sensitif karena banyaknya persoalan SARA yang menyedihkan belakangan ini.

    FYI, gue ngefans sama tulisan2 lo, Lex dan kawan di hitmansystem. Anggaplah ini masukan. Gloosy plus. plusnya adalah toleransi untuk case-case SARA 🙂

    Sincerely,
    Sy

    PS: Si Vina akhirnya married dengan cowo satu keyakinan dengan dia, dan sekarang tinggal di SBY dan punya dua anak. Kebetulan bulan depan gue ada dinas ke SBY, gue berencana traktir dia dan suaminya beserta anak-anaknya. OMG, world is beautiful!!!

  4. Kei…
    Wanita target saya adalah keturunan Indo-German, papanya Indo (chinesse) mamanya Germany. Ortunya pisah, dia tinggal dengan papanya. Saya beda ras dengan target, tapi seiman.
    Setiap mlm mgg (hanya mlm mgg saja) saya dateng ke rumah dia meski sebentar. Sangat sulit untuk mengajak dia keluar, jadi hanya ngobrol di rumahnya saja. Sdh sebln lebih saya lakukan hal tersebut.
    Disamping itu saya pernah sms tapi tidak pernah dibales, tapi ga masalah buat saya dan saya tidak pernah komplain knp tdk dibales. Coba telpon juga tidak diangkat.
    Sampai pada akhirnya (mlm mgg terakhir), saya datang ke rmhnya tdk ketemu, saya sms untuk menanyakan keberadaan dia dimana. Tumben dia bales sms, tapi isinya ingin tahu tujuan saya cari dia itu apa, kalo pdkt tdk bisa karena keluarganya kurang suka, kalo tjuannya temenan aja ga masalah. Dia jg bilang ga mau menyakiti perasaan orang dengan memberi harapan

    Perkiraan saya, masalah beda RAS. Menurut Kei???
    Apa yang perlu dilakukan, maju terus atau reset???

  5. hmmm…. sama seperti apa yang ku alami di kota ku ini yah kebanyakan beragama islam, kristen dan katolik….. kalo agama buddha yah paling minoritaslah… makanya aku sering kali suka sama agama berbeda….

  6. Maaf, ada yang salah dengan kalimat terakhir dari pertanyaan saya. Yang benar adalah:

    Sudah saya coba berkomunikasi dengan dia, tetapi dia TETAP BUNGKAM, hanya berkata bahwa masa depan penjajakan ini adalah tidak lebih dari sebuah khayalan.

    Maturnuwun.

  7. Maaf bila tanggapan (pertanyaan) saya OOT. Tetapi ini juga kurang lebih tentang ‘tembok penghalang’ yang sama dengan SARA.

    Kei, apa pendapat Anda tentang hubungan emosional yang terjalin secara virtual? Ini mungkin basi. Situasi saya dan pria baik itu (saya mempunyai naluri yang kuat bahwa ia pria baik dan bisa dipercaya) adalah seperti ini:
    1. berinteraksi secara virtual lewat pesan2 Facebook (saja). Tidak lebih, saya rasa dia sangat berhati-hati tentang hal ini.
    2. perbedaan status sosial dan pendidikan. Saya sedang menempuh Ph.D (dengan beasiswa bergengsi pula di negeri Paman Sam) dan dosen di sebuah PTN di Indonesia, berasal dari keluarga berlatar belakang dosen. Dia D3, bekerja sebagai chef di sebuah restoran di negeri Paman Sam juga, sudah tinggal hampir satu dekade di negeri paman Sam ini, berlatar belakang keluarga sederhana.
    3. kami tinggal di state yang berbeda di negeri Paman Sam ini.
    4. Awal penjajakan selama 6 bulan saya sangat kagum dengan rasa percaya diri dia yang tetap optimis dengan masa depan dari penjajakan kami.
    5. Tiba2 setelah 6 bulan tanpa ada konflik apapun, dia merasa penjajakan ini adalah harapan yang absurd, khayalan, omong kosong, B.S., angan2 bualan.

    Apa pendapat Anda Kei? Apa pantas saya sebagai perempuan tetap ingin mempertahankan dan menunggu dia? Apa saya bodoh dan naif? Saya rasa dia lelaki yang berkualitas, tetapi sangat pesimis dengan perbedaan status sosial dan perbedaan2 lainnya.
    Apakah dia merasa tidak akan mampu membahagiakan saya? Sudah saya coba berkomunikasi dengan dia, tetapi dia tetap tidak bungkam, hanya berkata bahwa masa depan penjajakan ini adalah tidak lebih dari sebuah khayalan.

    Terimakasih Kei.

  8. Agama dan peraturan adat bukan harga mati, bukan sesuatu yg fixed turun dari langit untuk ngatur2 manusia. Kitalah yg mengatur hidup kita. Tp memang susah untuk konteks keindonesiaan yang mengidentikkan diri dgn agama, baik yg mayoritas maupun yg minoritas. Kebanggaan agama dan ras yg berlebihan justru menjadi sekat yg memicu rasis pada kelompok lain yg berbeda. Saran saya adalah jika cintamu ini yg berbeda ras dan agama patut diperjuangkan, go for it brother. Persetan dgn kata2 yg bilang ntar lu masuk neraka, doanya gak diterima, etc. Perjuangkanlah itu. Cinta adalah spirit universal semua manusia. Jika bnyk pertimbangan ini dan itu dan lu merasa terlalu berat, hentikan saja dan harapkan yg terbaik untuk dia. Jangan ada penyesalan dan jgn berpretensi untk menguasai siapa2. Thats how love works. Thats sacred, more than any rules and dogmas.

  9. Salam kenal.. 🙂

    saat ini saya juga sedang menjalin hubungan lintas SARA (beda suku dan agama), butuh waktu panjang (-/+ 1 tahun) untuk akhirnya kita memutuskan berpacaran. Saya dan dia sepakat untuk menjalani dulu dan lihat nanti akan dibawa kemana arah hubungan kita ini oleh Tuhan.. Tapi tidak pernah terbayangkan oleh saya bila satu saat nanti kita harus berpisah hufft.. >.<

    Anyway, nice article..

    Salam Radekus.

  10. baca cerita ini langsung serasa flashback ingatan lama.. Cinta memang tidak mengenal umur, agama, ras, (sara).. Ngga satupun bs luput. Tp kalau urusannya itu berat bro.. You’re a good man, very lovely guy.. Hope the best for you bro. I’m sure you’ll get better love and one faith 🙂

    mungkin cinta memang tidak selamanya harus memiliki, smangat bro (^^)

  11. @kei

    menurut gw aturan menikah seagama itu dibuat untuk mengurangi masalah ke depannya

    Contoh:

    1. Kalau punya anak mau diarahin ikut agama sapa? Bisa jadi si anak milih sendiri tapi ntar dari mertua mintanya laen, dll bisa jadi pemicu konflik

    2. Keyakinan agama yang berbeda juga nimbulin masalah menurut kepercayaan agama tersebut. contohnya almarhum om gw islam, tapi anak istrinya semua katholik. Menurut ajaran islam pernikahan seperti ini nggak sah dan doa anak istrinya nggak diterima untuk bantu alm. om gw di akhirat (ini opini islam)

    @all
    coba saja 10-20 tahun lagi ketika anda sudah berumah tangga, anda baca lagi komen2 anda sekarang…semoga blog ini masih eksis 🙂

  12. Cinta itu pilihan, berdasarkan pemikiran logika di tambah sedikit emosi. Kita sendiri yang menentukan ingin jatuh cinta terhadap siapa.
    Kalau dari awal kenal kita sudah tahu jika lawan jenis yang ingin kita cintai terdapat perbedaan SARA, kita juga harus sudah siap menerima resiko di kemudian hari.

  13. Kriz..eh Kei…gw banget nih
    Memang baru Ras sih perbedaan-nya, but it surely a cultural shock he5
    cinta ngga ngeliat SARA bro…its pure
    Tuhan nyiptainnya begitu,manusia yang bikin perbedaan tersebut

  14. 1 kata mot, “cinta itu buta”…:DD

    at least, pada jaman sekarang emang ga bisa dipungkiri kalau rasis itu emang ga bisa lepas dari kehidupan dan sudah mendarah daging, sedikit banyak pasti ada.

    duh mohon pencerahan aj deh…spechless.T_T

  15. jangankan untuk dijadikan pasangan, baru deket aja sudah dikomentari dan dihalang-halangi sama ortu atau sodara.
    yang agama-lah, ras-lah.
    apakah kedua hal tsb adalah patokan nilai bahwa seseorang itu baik apa tidak?

  16. Saya pernah ngobrol sama ortu tentang hal ini. Ortu bilang, “Dalam pernikahan, kita akan saling menyesuaikan satu sama lain karena banyak sekali perbedaan karakter yang dimiliki si istri dan si suami. Proses penyesuaian itu tidaklah mudah. Lebih baik meminimalisasi perbedaan itu supaya tidak terlalu susah adaptasi & penyesuaiannya. Menyatukan 2 karakter yang berbeda itu aja udah susah, jadi jangan ditambah dengan perbedaan – perbedaan lainnya seperti perbedaan agama.”

    Yah…ortu saya nggak keberatan kalo beda ras, tapi keberatan kalo beda agama karena doktrin agama itu melandasi prinsip hidup & cara berpikir manusia. Padahal pasangan suami istri seharusnya se-iya, se-kata, se-pikir, dan satu tujuan. Seperti kita tau, hidup nggak cuman romansa. Begitu juga dengan pernikahan, isinya nggak cuman romansa juga.

    Intinya sih cuman meminimalisasi perbedaan dalam rumah tangga aja. Tapi balik lagi ke masing-masing individu, apakah mereka bisa mempertahankan hubungan dalam segala perbedaan itu.

  17. hi kei..g juga keturunan chinese dan pribumi, dan g juga mengalami banyak hal mengenai rasialisme,..tapi g fikir mau berbeda agama, ras, or golongan tidak ada masalah..dan g kadang juga gak peduli..kalo kata pepatah anjing menggonggong “Timpuk aja hehe”..bukankah kita diciptakan oleh tuhan, saling berbeda untuk saling kenal mengenal satu sama lainya..lagipula semakin jauh genetik keturunanya semakin bagus hasilnya..buktinya kan banyak artis2 di sinetron yang indo arab,bule,chinese hasil kawin campur ras hasilnya cantik2 (seperti cinta laura itu looh)..lagipula di ilmu kedokteran juga bisa dibuktikan kok bila semakin dekat genetiknya (seperti kawin Incest) Hasilnya anaknya cacat atau idiot..tapi jika jauh hasinya malah lebih bagus..so bro mari kita cari yang genetiknya jauh dari kita dengan harapan hidup bisa lebih baik, dan so pasti bisa memperbaiki keturunan n hidup pasti gak monoton dooonkk..salam..alumni Hs Jakarta (Dec 2009)

  18. terkadang Sara, masih dikungkung oleh cara org orang yang ada didalamnya, yang tidak membiarkan diri seperti anak kecil. Harus ada try and error tuk mewujudkan sara tanpa rasa.

  19. yah generasi ini mungkin masi belum bisa benar2 lepas dari belenggu masa lalu. Tapi (at least) kita bisa ambil andil buat generasi di masa depan, give them a brighter chance.

    setelah saya sudah punya anak, saya baru nyadar, talk is cheap, merubah paradigma seperti itu sama sekali tidak mudah, parental instinct saya masih sangat dipengaruhi oleh kultur yang saya bawa.

    but well, let’s hope itu gak mengubah tujuan saya nanti.
    saya tetap berharap SARA bukan jadi kendala buat generasi depan.

  20. Beda agama,,

    yah,,saya mempunyai beberapa pengalaman yang mukin di bilang “unik” dengan beda agama,,

    waktu smp (masih muda) pernah punya partner beda agama,,tiap ngapel di ceramahi tentang agama,,(pihak ortu partner,agak sdkt sara menghina agama yang saya anut)

    lanjut ke sma,,punya FU lagii beda agama juga,,blm sampai nembak pun,,ortunya udh ngelarang.

    Masih masa sma juga,,punya Partner ,,kali ini seagama,,
    tp keluarganya tidak taat,,(wkt itu saya punya tanggapan klo seagama itu lebih mudah dan menyenangkan) tapi hal yang yang ajaib ! datang,, partner saya pindah agama dan tidak bilang ke saya ~.~

    masa kuliah ! Disini saya sudah mulai belajar romansa,,
    dan disini saya sangat tertarik dengan seorang pramugari,,(saya sering crita dengan bro honji)
    tapi ketika follow up pun kandas,,karena kami debat agama.
    banyak masa yang menyenangkan dalam perdebatan dan masa fu ;D

    sekarang saya dalam relationship dengan beda agama,,
    dan saya bingung ?mauuu dibawaaa kemana..hubungan kitaa..(nyanyii)hehee. saya pun mulai merasa kasian dengan partner saya yang skrg,,(dan saya di kasiani orang lain-hahaha-)

    dari di ejek2,didoktrin,tentang lintas agama,,ras,,
    wuihh,,krasa banget di pikiran (yang saya alamin).

    saudara saya (seorang dosen psikolog)bilang
    kalo di Indonesia,,yang married bukan anak,,tapi orangtuanya,,
    dan banyak sekali hal dijelaskan dan contoh2.

    di balik semua itu,,

    saya sangat bersyukur,
    kalo saya punya keluarga “Open minded” dalam hal agama,,
    scara,Ortu saya Muslim dan saya nasrani,,=D

    saya selalu digojlog(diOSPEK) oleh pihak orangtua FU,Partner, gebetan saya,,
    apa mereka juga ga tau ya?kalo keluarga saya juga udh siap2 NGOJLOG(OSPEK) mereka,,,hhahahaha =D

    salam hangat

    Irol =D

  21. nonton film yang berjudul ini bro..”cin(T)a” yang kepanjangannya cina Tuhan dan anisa yang filmnya menceritakan tentang 2 manusia lawan jenis yang saling cinta tp mereka terhalang akibat perbedaan agama/keyakinan semoga membantu…

  22. hei kei…
    hm, another classic story
    aku percya dislrh dunia pun yg kayak gni emg ada dari jmn batu mpe skrg. bedanya kalo skrg, org2nya ud kritis.
    mnrt aku, balik ke pribadi org yg ngejalani. kalo mrka yakin, npa ga diprjuangkan. buat sisa wktu hdp yg kita pny, ga slh donk kalo kita mau bareng dgn ssorg yg kita syg.
    sebenarnya yg nyiptain SARA itu siapa y?
    kalo kita berpikiran itu ga da dan semua orang beda karna pribadi yang unik, maka sebetulnya keberagaman ini anugerah.
    cuma di otak-otak yg picik dan sok-sokan, berpakem pada satu arah dan saklek itu yang bikin gerah.

    satu lagi, mhn dimaklumi kbykan hnya mlestarikan norma dan aturan yg udah lama ada. pdhl bisa aja kan itu dibuat fleksibel, toh yg bkin jg mausia. masak manusia tunduk pd peraturan yg dibuat?

    hmhmhm

    kudu isa rumangsa ojo rumangsa isa

    jadi orang harusnya bisa merasa atau sadar akan dirinya sendiri, jangan merasa bisa dan merasa super dari yang lain
    kalo aja seperempat manusia di dunia bisa kayak gini,,,, indah dunia

    SEMANGATHH

  23. Bismillahirohmanirrohim,tuan bro kei yg saya hormati,menurut pendapat saya pribadi, sebetulnya ke suku an itu tidak menghalangi seseorang untuk menjalani satu hubungan yg harmonis,kecuali agama, bahkan sejarah islam membuktikan bahwa islam tersebar dg pernikahan antara bangsa arab dg perempuan indonesia ,bila mengamati dari cerita anda, menurut saya anda telah gagal meyakini orang tuanya untuk mempercayai kebahagiaan putrinya dg anda, yg kedua keluarganya memang benar2 keluarga yg taat beragama, tapi sayang nya putrinya tdk taat beragama, itu bisa di lihat dari cara dia berpakaian, jika dia orang yg taat beragama apalagi dia beragama islam,tdk mungkin dia membuka auratnya . dan menurut islam wanita yg taat beragama islam tdk akan pernah mau di cium bibirnya(di jinahi). keputusan orang tuanya untuk tdk mempercayai putrinya kepada anda adalah keputusan yg tepat, karena anda bukan atau mungkin belum seorang glossy yg bisa memimpin.

    anda bro..mengaku nasionalis indonesia, tapi dalam bersosialisasi dan berhubungan romansa anda lekat banget sama budaya barat yg terbiasa mencium bibir, sedangkan di indonesia itu sangat awam, bahkan jika anda melakukannya di depan masyarakat tempat saya tinggal, mungkin anda sudah di telanjangi dan di bawa ke balai desa

    tapi…ya…mungkin itu adalah kejadian massa lalu anda yg memalukan, dan pendapat saya untuk sekedar berbagi pendapat, dan saya sendiri mempunyai keinginan mempunyai 3 istri, yg pertama orang cina/jepang, yg kedua orang arab, yg ketiga orang indonesia,he,,,he,,,,he,,, peace bro…..

  24. Jadi bingung Bro, jika SARA memang bisa diterima. Apakah pasangan Gay dan Lesbi serta incest itu bisa diterima? mereka juga korban ketidakadilan norma masyarakat yang ada. Mereka sendiri melakukan hal tsb karena CINTA (menurut mereka).

  25. Kei…gila men!!! Baru semalem gue curhat masalah ginian ama Sins…hari ini gue ngeliat artikel ini dari elo…..Terus terang gue penggemar CICA…dan udah lebih dari sekali gue coba buka hubungan yang berakhir KANDAS…..
    Tapi gue gak mau nyerah…sekarang gue lagi mulai buka hubungan satu lagi ama CICA….

    For a disclosure…keluarga gue sendiri multiras…mulai dari bule,chinese sampai pribumi….kakek gue ada yang islam dan ada yang kristen….Kalau natal gue dateng ke keluarga gue yang kristen dan kalau lebaran mereka dateng ke rumah gue…

    All the racist things in our fucking country is FUCKING STUPID !!!….Kalo gue jadi presiden bakal gue abolish penyebutan nama agama di KTP !! We are one nation and that’s all !! WE ARE INDONESIANS FOR GOD SAKE!!!!

    Yang buat peraturan nikah hanya boleh satu agama di Indonesia….YOU MAY BURN IN HELL BUDDY…!!!

    Kalau someday gue married ama Chinese…bakal gue buktiin ama orang2 picik di luar sana bahwa soal SARA adalah soal paling shallow di dunia….

    Yang darahnya mendidih kalo ada yang permasalahin SARA,
    Aryan

  26. Well.. IMHO.. di Dunia ini.. ada hal2 yg boleh.. dan ada hal2 yg tidak boleh.. knp boleh dan knp tdk boleh.. karena memang begitulah “aturan mainnya”.. dan kita semua tau dgn persis utk apa hal itu ada dan apa yg terjadi ketika kita melanggar “aturan maen” td 😉
    Kei.. tanya..
    brp lama kamu ber “mellow ria” gitu..
    sampe km putuskan.. what it’s done.. is done.. and u start moving forward again..
    thx bro..

  27. hm.. gimana ya ?..

    kalo ngejawab ini saya jadi teringet berbagai macam konflik soal SARA yg terbelenggu dan tabu di masyarakat kota saya lagi,tanpa ada yang berani mempetanyakan!…bahkan UMUMNYA kisah2 ini berakhir kepada pemaksaan kehendak secara halusss oleh mayoritas,akhirnya si minoritas terpaksa pindah dengan desakan iming2 karir,kebaikan ilahi,dll,dan jadilah cuma “agama KTP”,yang mana akhirnya anggota keluarga minoritas seakan2 tidak bisa berbuat apa2,menangis dan tertusuk pasrah dibelakang batin,sementara kalo yang mayoritas mengalami hal ini?mereka akan marah besar,mengutuk,menghujat,dan bahkan sampe ngga diakui keluarga lagi..ckckck sungguh munafik,egois,kontras dan tragis..

    Soal Pribadi saya:
    Saya pribadi berprinsip,kenapa tidak bisa jalan masing2?..apakah agama sebegitu “besarnya”?toh intinya semua kembali kepada pengendalian diri sendiri,dimana tidak ada yg bisa menyangkal itu semua..Sudah cukup banyak konflik SARA di dunia,saya muak dengan aroma kemunafikan seperti itu.Lebih baik urus diri sendiri!! jangan menebak2 takdir ataupun hal2 berbau klenik,cukup simpan dalam hati,toh Rahasia ILAHI mana bisa kita tebak,manusia cuma selalu MENGIRA2 dan merasa sok pintar,tapi akhirnyapun semua keputusan ditangan Sang Pencipta.

    kitapun beragama ,tapi ujian dari Tuhan yang kecil?kita tidak bisa amati dengan jelas ..contoh kecil : si A ketemu sama kucing,kok si A usir keluar pake tendang segala?..toh agama manapun melarang menyakiti mahluk hidup toh?apa kucing dimata Tuhan beda kedudukannya?…Apa dengan minta maaf yakin dosa kita langsung selesai?..Wah kalo gitu neraka bakal sepi tuh..enakkk….

    dan masih banyak contoh kecil yg membuat saya malesss kalo ngomong soal beginian…

    Soal Romansa:
    dikarena tekanan di lingkungan saya ,maka otomatis saya terdidik mempunyai preferensi tertentu soal agama,yang saya sedang pahami konsekuensinya.Sayapun akan mengeliminasi golongan tertentu dengan kejam bila tidak sesuai,karena saya secara pribadi tidak mau ambil pusing.Kalo mereka mau?silahkan tapi mari jalan masing2..kalo tidak ?ya udah bubar..so whatt ?? 🙂

  28. Kisah hidup yang menarik, semoga pengalaman ini membuat Anda bertambah dewasa dalam pemikiran dan pengambilan keputusan. Berdasarkan pengalaman pribadi dan orang lain (biar bisa sedikit menggurui, hahaha. Saya juga warga Tionghoa keturunan yg punya hak dan kewajiban sama dengan warga negara yang lain di berbagai belahan dunia gak cuma di Indonesia), saran saya:
    1. Carilah, dan tentukan dulu apa sih yang membuat Anda genuinely happy in life. Be honest, and be true to yourself. Ini menyangkut hal yang lebih mendalam seperti nilai dan pandangan hidup, bukan pribadi tertentu atau kebiasaan-kebiasaan Anda lho. Seringkali orang secara sadar mengambil keputusan yg dia tahu bakal ditentang oleh orang tuanya, semata-mata sebagai bentuk pemberontakkan terhadap nilai-nilai atau karena ingin bisa keluar dari suatu situasi yang kurang menyenangkan, mis. tinggal dg ortu yg kelewat bawel menyuruh-nyuruh Anda cepetan merit atau karena alasan finansial dan alasan-alasan lain yang sebenarnya sangat relatif (bisa berubah sejalan dengan waktu). This way, you don’t solve your problems but you run away from them, and that’s not cool.
    2. Tunjukkan pada orang tua dan orang-orang yang di-tua-kan oleh Anda sendiri dan keluarga, kalau Anda sudah benar-benar dewasa dalam pemikiran dan cukup bijaksana dalam mengambil keputusan yg bisa mempengaruhi hidup Anda dan (ini sama penting) orang lain. Jangan dewasa scr fisik tapi pemikiran masih spt ABG setress yg bisanya teriak, “Umur saya sudah … (isi sendiri) tahun, saya bisa menentukan pilihan saya sendiri” lalu kabur dari rumah atau kawin lari, seperti cerita2 sinetron Indonesia. Pendapat saya sama spt. Point 1, that’s not cool. Dengan demikian Anda sekaligus menggalang dukungan massa, maksudnya klau semua orang terdekat Anda melihat kedewasaan dan keteguhan sikap Anda, meskipun salah satu orang tua melarang, pasti ada yang lain yang mendukung keputusan Anda dan bisa dimintai bantuan untuk merubah sikap ortu 😀
    3. Ini masih berhubungan dengan point 2. Pernah denger nasihat atau mungkin hasil riset yg bilang begini: Kalau Anda menikah dengan Asians (termasuk Indonesians, tanpa pandang SARA, bentuk fisik, IQ , EQ dll), maka Anda menikahi KELUARGA-nya juga? Artinya keputusan yang Anda ambil akan mempengaruhi keluarga Anda di masa mendatang dan keluarga pasangan Anda, kalau dia punya pemikiran sama. Misalnya niy, Anda bekerja dg gaji seadanya, istri gak kerja dan Anda masih harus memberi nafkah orang tua plus mertua Anda dan membiayai adik2 sekolah padahal Anda tinggal di rumah kontrakan dengan istri, dua anak dan mertua Anda. Anda rela utk hidup dalam situasi ini (sementara Anda tahu pendidikan yang baik buat anak2 Anda tidaklah gratis, harga-harga barang dan biaya perawatan kesehatan gak akan bertambah murah dimasa mendatang dll) atau bagaimana? Masalah ini sangat kompleks utk diceritain, nanti Anda juga ngalami sendiri lah. Jadi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, you should go back to Point 1.

    Jadi pada akhirnya keputusan untuk hidup bahagia (termasuk dalam memilih pasangan hidup) gak ditentukan sama warna kulit, agama atau kewarganegaraan lah. Kalau memang Dina gak mau dengan Anda dg alasan yg Anda tulis, ya mungkin itulah sikap dan pandangan hidup yg dia pilih sekarang, mungkin setelah banyak berinteraksi dengan orang2 berbagai bangsa dan bisa melepaskan diri dari pengaruh ortu dan nilai-nilai budaya yg dia pegang sekarang dia bisa berubah, tapi ya kenapa harus menunggu hal-hal yang relatif dan memusatkan seluruh energi Anda pada hal-hal yang tidak bisa Anda kendalikan? Yang terpenting sekarang tentunya pertumbuhan pribadi Anda sendiri. Someone said that when one door closes, another opens but too many times we are too focused on the closed door that we don’t see new opportunities present themselves to us. So you’d better focus on finding the open doors!

    Salam.

  29. wihhh, dalemm. berkaca-kaca juga nih bacanya gw. 😀 emg masalah yang kyk gini nih, bener2 jadi penghalang. Gw pribadi juga pernah ngalamin., gw orang jawa otomatis keluarga gw prefer untuk nyari pasangan dari orang jawa atau at least ada keturunan jawanya., dulu gw sempet pernah dapet.,.tapi ternyata keluarga gw masih punya filter-filter yang lain., coba tebak apa? ternyata keluarga gw gak suka cewe yang kacamata (hadoooh) ., karena katanya nanti keturunannya bisa kacamata-an juga., hemmm,.

    terkadang filter2 itu juga tuh yg bikin kita makin milih2 dan nganal., 😀

  30. dan kebetulan banget kemaren dt baru nonton film cin(t)a, a must see movie..

    tapi di indonesia ga cuma perbedaan ras yang menghalangi orang melanjutkan hubungan pribadinya, agama, status ekonomi n sosial, bahkan suku (padahal masih satu ras). kontradiktif banget dengan semboyan bhineka tunggal ika..

  31. Ceritanya kok malah jadi kayak sinetron ya bro … 🙂

    Klo perbedaan agama sudah jelas di Indonesia di larang bro, dan itu sudah ada Undang – undangnya. Tapi kalo perbedaan suku, kembali lagi ke keluarga masing – masing … ada juga kok yang mengijinkan, tapi seperti yang bro Kei bilang … ngak 100% mulus, jalan tol aja ada lobangnya … 🙂

    btw, untuk itulah saya belajar Hitman System, klo emg ngak mungkin untuk meneruskan hubungan … ya Hit lagi.
    klo Gusdur bilang : “Gitu aja kok repot”

    Nge Hit lagi aahh … 🙂

  32. Tapi kalo menurut q ea brow, sara itu gak bs jd pghalang pasangan tulang rusuk qta. . Yg penting mah sma2 co2k z qt nya. .KdpanNy qt bkin atUran dan adat sndiri. . Krna jamaN pun udh berevolusi brow. .

  33. hmmm….akhirnya di bahas juga topik ini,very nice topic Mr.kei,sebuah topic yang entah harus di komentari apa,saya yakin banyak brother glossy yang membaca ini akan tertegun dan termenung untuk beberapa saat dalam kebisuan dan keheningan,terdiam dan tak bisa berpikir apa-apa sembari hanya menghela nafas panjang,saya pun sebenarnya pernah mengalami kisah yang serupa.keep on moving Mr.kei God Bless You always

  34. Wah…bro..dalam banget nih ceritanya. Memang jika menyangkut masalah SARA ini adalah hal yang sangat sensitif. Bercerita dari pengalaman saya, saya juga pernah menyukai seorang perempuan beretnis China dan langsung saja orangtua saya (MAAF) mengeluarkan komentar yang macam-macam mengenai etnis ini. Memang kalau dari adat suku saya, kami tidak diperbolehkan untuk menikah dengan suku-suku lain (Sileban). Tapi ini adalah adat, saya yakin dan percaya bahwa nenek moyang kita sudah membuat adat-istiadat yang terbaik buat generasi penerusnya. Adat juga merupakan hasil kajian yang panjang dari nenek moyang kita yang jika kita langgar (mungkin) akan menghambat kemajuan peradaban bangsa kita.

    Salam hitman…

Leave a Reply