Kebahagiaan atau Ilusi Kebahagiaan?

mengejar kebahagiaan

Ambil posisi duduk yang nyaman. Tarik nafas dengan dalam. Tenangkan diri Anda. Karena hari ini kita akan santai saja, belajar bahwa memiliki kepuasan secara materi dan finansial, penampilan yang selalu terawat dan menawan hati, serta kehidupan dikagumi oleh banyak orang akan membuat hidup Anda terasa tidak bahagia.

Bukan saja kebahagiaan tidak terletak pada sisi akibat, tapi juga kebahagiaan berada ribuan kilometer jauhnya dari hal-hal yang terlihat menyenangkan. Semakin kita berhasil menciptakan kebebasan finansial, kesempurnaan fisik, dan hidup populer, semakin kita merasakan kurang bahagia. Demikian hasil kesimpulan dari para peneliti di Universitas Rochester, Amerika Serikat.

What’s striking and paradoxical about this research is that it shows that reaching materialistic and image-related milestones actually contributes to ill-being; despite their accomplishments, individuals experience more negative emotions like shame and anger and more physical symptoms of anxiety such as headaches, stomachaches, and loss of energy.

Saya sendiri telah banyak terlibat dan mengalami sendiri bagaimana hasil penemuan itu benar-benar nyata, lebih dari sekedar teori di atas kertas saja. Anehnya, jika kita datang ke pertemuan bisnis tipikal multi level marketing, Anda mendapatkan suasana yang begitu berbeda. Mereka terlihat begitu bahagia dengan peraihan tingkat-tingkat prestasi tertentu dalam struktur organisasinya. Mereka menampilkan banyak foto-foto orang bersenyum lebar dengan deretan gigi putih sehat dengan latar belakang Menara Eiffel, Colloseum, dan kapal-kapal pesiar. Mereka terlihat… bahagia!

Hmmm, apa yang terjadi? Mengapa bertentangan dengan riset dari para ilmuan di atas? Saya beritahu kata kuncinya: terlihat. Jika hanya sekedar mengamati, Anda akan terkecoh dengan apa yang diterima oleh sensor-sensor visual. Kita mudah termanipulasi dan memanipulasi diri, ingat?

Beberapa hari yang lalu saya menonton dokumenter Michael Jackson. Ketika sang jurnalis memintanya ditunjukkan beberapa gerakan dansa yang sangat terkenal itu, Michael berdecak kaget, tersenyum simpul sambil menunduk, berkali-kali menolak permintaan itu. Sungguh diluar dugaan, seorang Michael Jackson benar-benar merasa malu dan canggung!

Saya pribadi kini lebih percaya dengan apa yang sudah diteliti oleh para ilmuan tersebut. Kekayaan dan popularitas adalah hal yang menyenangkan yang ilusif, tapi seringkali bukanlah hal yang membahagiakan. Sementara kebahagiaan itu sendiri, mengutip tulisan saya dahulu, “… hanyalah by-product, atau hasil atau efek, dari sebuah hidup yang bermakna.”

Kenali apa yang Anda kejar selama bertahun-tahun ini. Tentukan pilihan Anda: mengejar kebahagiaan atau ilusi kebahagiaan?

Individuals who value personal growth, close relationships, community involvement, and physical health are more satisfied as they meet success in those areas. They experience a deeper sense of well-being, more positive feelings toward themselves, richer connections with others, and fewer physical signs of stress.

Tarik nafas yang dalam lagi. Ucapkan terima kasih di dalam hati. Dan ijinkan kaki Anda berlari ke arah yang benar tanpa ada keragu-raguan lagi. Sampai jumpa di ujung sana.

Salam revolusi cinta,

      Lex dePraxis

Solusi Romansa #1 di Indonesia

lex depraxis sebar hitman system


14 Responses to Kebahagiaan atau Ilusi Kebahagiaan?

  1. Pingback: Ilusi Plateau (Mentok) « 27 adalah dua tujuh

  2. Pingback: Memahami Penyebab Munculnya Emosi « 27 adalah dua tujuh

  3. tulisan yg bagus.. Mank bener sih, punya harta atau punya hidup yg berkecukupan tapi blum tentu hidup bahagia, persis kyk hidup ak sekarang… Hidupku serasa menjadi beban, tetapi ak punya kehidupan finansial yg cukup..

    Lex’s reply: Saatnya untuk mengevaluasi diri, sobat!

  4. pertama-2, gw mo ngucapin thx god dan thx buat g-spoters udah nemu blog lo. semenjak lo gak aktif di HS, gw kehilangan salah satu sumber bacaan bermutu. eniwei, glad to read ur article again.

    back to topic,klo gw kaitkan artikel diatas dgn artikel lo terdahulu, org yg berhasil mendapatkan materi dan finansial bisa disebut Success. sedangkan org yg mendapatkan kebahagiaan dari sebuah hidup yang bermakna disebut significant. being Success or significant?

    gw sering denger motivator-2 dan pembicara-2 di MLM mendoktrin dgn kata-2 : “uang dan harta bukan setan tapi kekurangan uang dan ketiadaan harta bisa memunculkan setan.” gw setuju, coz mayoritas tindak kejahatan motifnya ekonomi

    org yg memiliki banyak harta dan ketenaran tapi tidak bahagia, karena mereka tidak bisa memanfaatkan secara maksimal harta dan ketenarannya.

    seperti kalimat di film Into The Wild.. โ€œHappiness only real when shared.” kebahagiaan akan lebih bermakna jika dibagi-2. klo saja kelebihan harta mereka dibagikan (charity) dan ketenaran mereka dimanfaatkan utk tujuan menolong sesama, tentu saja mereka akan mendapatkan kebahagiaan yg sebenarnya. yaitu hasil atau efek dari kehidupan yg bermakna.

    so kesimpulan gw,memiliki harta dan ketenaran tidak menjamin kebahagiaan tetapi memiliki harta dan ketenaran berarti satu langkah lebih maju utk mencapai kebahagiaan yg sebenarnya yaitu being significant.

    jd inget film devil wear’s prada. kesuksesan karier harus di trade off dgn kehidupan pribadi yg buruk

    Lex’s reply: Terima kasih telah berkunjung dan berbagi, sobat. Ya saya setuju dengan Anda. ๐Ÿ™‚

  5. kebahagiaan buat tiap orang mungkin berbeda maknanya. ada yang hidup kaya dan bahagia, ada juga yang hidup pas2an tapi bahagia. tergantung bagaimana kita melihat makna kebahagiaan itu kan? hanya saja kesalahan kebanyakan orang adalah anggapan bahwa kalau punya banyak uang pasti bahagia.

    Lex’s Reply: Yup yang terakhir itu sepertinya penyakit nyaris semua orang. ๐Ÿ™‚

  6. Saya setuju dengan pernyataan josh bahwa kebahagiaan sebagai pilihan dan juga pernyataan Lex di atas bahwa kebahagiaan sebagai hasil atau efek dari hidup yang bermakna.

    Hal yang saya pikir adalah demikian: setiap orang diciptakan Tuhan dengan satu atau beberapa visi (impian) yang besar. Saat orang tersebut dapat menghidupi visi yang diberikan Tuhan kepadanya, saat itulah ia akan berbahagia.

    Hal yang disebutkan Lex dalam artikel di atas (kesuksesan materi, ketenaran, kesempurnaan fisik) menurut saya itu hanyalah efek samping (akibat) dan bukan merupakan tujuan akhir.

    Saat orang benar-benar menghidupi impian yang diberikan Tuhan kepadanya, ia akan benar-benar dapat mengaktualisasikan diri di sana. Orang yang dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya biasanya tenar (setidaknya di bidangnya) dan juga secara materi cukup (atau bahkan berlebih). Saat orang bahagia maka penampilan fisiknya akan terlihat sempurna (berseri-seri, cerah, menawan, dan akan lebih menata diri secara baik).

    Lex’s Reply: Spiritual sekali. Amin deh. ๐Ÿ™‚

  7. kurasa, dalam menjalani hidup seseorang harus menjalaninya dengan perasaan bahagia tentunya, jika kita menjalaninya dengan bahagia, maka dengan sendirinya kita akan menarik aura bahagia yang ada di alam semesta, dengan begitu kesuksesan akan kita raih… benar ga lex…?

    Lex’s Reply: Benar. Tapi soal ‘menarik aura bahagia yang ada di alam semesta’… hahaha, nevermind, kapan-kapan saja dibahas. ๐Ÿ™‚

  8. hm, kebahagian itu pilihan kita, apakah kita memilih berbahagia akan suatu keadaan atau tidak. its about yourself choice…

    Lex’s Reply: Bagaimana jika ternyata Sang Bahagia sedang tidak mau dipilih? Hehehe..

  9. dimulai dari hal apa dulu klo mengejar kebahagian dalam hubungan berpacaran/rumah tangga… lex? trus ilusi kebahagian itu sm aja dengan melamun di siang bolong donk.

    Lex’s Reply: Menurut Anda?

Leave a Reply to endeavor4i Cancel reply